Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak menuju kenaikan bulanan pertama sejak Mei 2022 untuk mengantisipasi pengurangan produksi yang cukup besar oleh OPEC+ yang akan memperketat pasar.
Dilansir dari Bloomberg pada Senin (31/10/2022), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) berjangka naik di atas US$88 per barel atau naik sekitar 11 persen pada Oktober 2022. Hal ini mejadi kenaikan terbesar sejak Januari 2022.
Seperti diketahui, siap untuk memangkas produksi sebesar 2 juta barel per hari mulai November, pembatasan terbesar sejak pandemi. Spread waktu utama sudah dalam kemunduran yang tajam, menandakan keketatan pasar.
Pemotongan OPEC+ adalah awal dari periode yang tidak pasti untuk pasokan minyak menuju musim dingin, dengan Uni Eropa akan menerapkan sanksi terhadap aliran Rusia pada Desember 2022.
Minyak mentah telah turun seperempat nilainya sejak Juni karena kekhawatiran perlambatan global dan kebijakan moneter yang ketat mengancam akan membatasi permintaan.
“Pasar siap untuk terus bergerak lebih tinggi karena sanksi Rusia akan mulai berlaku pada 5 Desember dan saat OPEC+ mulai mengurangi 2 juta barel per hari,” kata James Whistler, direktur pelaksana pialang Vanir Global Markets Pte. di Singapura dikutip dari Bloomberg, Senin (31/10/2022).
Investor akan mengamati keputusan suku bunga dari bank sentral termasuk Federal Reserve (FED) pada pekan ini. Dolar AS merosot dari rekor baru-baru ini, bahkan ketika The Fed menaikkan suku bunga untuk menjinakkan inflasi.
Hal itu membantu reli minyak mentah karena membuat harga komoditas dalam mata uang lebih murah bagi pembeli luar negeri.
WTI untuk pengiriman Desember naik 0,5 persen menjadi US$88,36 per barel di New York Mercantile Exchange pada pukul 8:15 pagi di Singapura.
Brent untuk pengiriman Desember, yang berakhir pada hari Senin (31/10/2022), naik 0,6 persen menjadi US$96,33 per barel di ICE Futures Europe exchange.
Kontrak Januari yang lebih aktif naik 0,5 persen menjadi US$94,23.
Spread cepat Brent – perbedaan antara dua kontrak terdekat, yaitu US$2,05 per barel dalam kemunduran pada hari ini.
Menteri Perminyakan Iran Javad Owji akan melakukan perjalanan ke Rusia pada hari Senin untuk membahas kesepakatan senilai US$40 miliar dengan Gazprom untuk mengembangkan ladang minyak dan gas di Iran, kantor berita Tasnim melaporkan. Sekitar 50 pejabat Iran sudah berada di Moskow untuk pertemuan tersebut.