Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Ditutup Melemah Rp15.623 per Dolar AS, Mata Uang Asia Bervariasi

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 37 poin atau 0,24 persen sehingga parkir di posisi Rp15.623 per dolar AS.
Nilai tukar rupiah ditutup melemah 37 poin atau 0,24 persen sehingga parkir di posisi Rp15.623 per dolar AS. Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Nilai tukar rupiah ditutup melemah 37 poin atau 0,24 persen sehingga parkir di posisi Rp15.623 per dolar AS. Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah pada perdagangan Selasa (25/10/2022). Rupiah ditutup melemah bersama beberapa mata uang lain di kawasan Asia.

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah ditutup melemah 37 poin atau 0,24 persen sehingga parkir di posisi Rp15.623 per dolar AS. Indeks dolar AS pada pukul 15.10 WIB terpantau melemah 0,05 poin atau 0,05 persen ke level 111,94.

Sementara itu, mata uang lain di kawasan Asia terpantau ditutup bervariasi di hadapan dolar AS. Mata uang yen Jepang ditutup stagnan, won Korea Selatan menguat 0,45 persen, yuan China melemah 0,60 persen, dan ringgit Malaysia menguat 0,04 persen terhadap dolar AS.

Riset MIFX mengatakan, dolar AS bergerak lebih rendah di awal perdagangan, dan melemah terhadap mata uang utama.

Mengutip dari Antara, dolar AS naik tipis pada akhir perdagangan Selasa pagi WIB meskipun ada dugaan intervensi valuta asing lagi oleh Jepang. Sementara itu, poundsterling berfluktuasi setelah Rishi Sunak terpilih menjadi perdana menteri ketiga Inggris dalam tujuh minggu terakhir, dan yuan China jatuh ke rekor rendah.

Sebelumnya, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan dolar AS naik lebih tinggi terhadap mata uang lainnya akibat sentimen intervensi oleh Bank of Japan dan sentimen dari Inggris yang diperkirakan akan memiliki Perdana Menteri baru, yakni Rishi Sunak.

"Mantan Menteri Keuangan Rishi Sunak dipandang sebagai opsi paling bijaksana. Penunjukannya akan mengurangi ketidakpastian politik yang menggantung," kata Ibrahim dalam risetnya, Senin (24/10/2022).

Dari Amerika Serikat, Pejabat The Federal Reserve diperkirakan akan kembali menaikkan suku bunga sebesar 0,75 poin persentase pada pertemuan November mereka, sementara beberapa pembuat kebijakan telah mengisyaratkan keinginan untuk menahan laju kenaikan suku bunga.

Sementara itu, dari dalam negeri pelaku pasar terus memantau perkembangan inflasi, setelah berbagai lembaga memproyeksi inflasi Indonesia tahun ini akan menyentuh angka 6 persen-7 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper