Bisnis.com, JAKARTA — Harga emas melonjak setelah Pemerintah Jepang melakukan intervensi untuk menopang yen, lebih lanjut menurunkan greenback dan meningkatkan daya tarik logam mulia.
Emas melonjak sebanyak 1,8 persen pada hari Jumat, terbesar dalam lebih dari dua pekan, dan berada pada kecepatan untuk kenaikan mingguan. Sementara dolar AS dan imbal hasil Treasury tertekan lebih rendah di tengah ekspektasi bahwa kenaikan suku bunga besar oleh Federal Reserve akan segera terjadi.
Dolar dan suku bunga obligasi mengalami aksi jual setelah Wall Street Journal melaporkan bahwa beberapa pejabat Fed khawatir tentang pengetatan yang berlebihan, setelah menaikkan suku bunga sebesar 3 poin persentase sejak Maret, dengan kenaikan 75 basis poin lainnya diantisipasi bulan depan.
Mata uang dolar AS melemah lebih lanjut setelah Nikkei melaporkan Jepang melangkah di pasar untuk mendukung mata uang tersebut.
"Emas sedang bangkit kembali karena ekspektasi tumbuh bahwa kenaikan 75 basis poin berikutnya akan menjadi yang besar terakhir. Puncak pengetatan Fed tampaknya sudah dekat dan itu adalah kabar baik untuk emas," kata Ed Moya, analis pasar senior di Oanda, dilansir Bloomberg, Sabtu (22/10/2022).
Pengetatan moneter The Fed tanpa henti untuk melawan inflasi tahun ini telah menekan emas turun sekitar 20 persen dari puncaknya pada Maret, dengan kepemilikan investor atas dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) yang didukung emas, pilar utama dalam mendorong harga ke rekor tertinggi pada tahun 2020, mencatat outflow bersih mencapai rekor tahun ini.
Baca Juga
Pada akhir perdagangan Jumat (21/10/2022) emas spot diperdagangkan naik 1,82 persen atau 29,67 poin ke US$1.657,59 per troy ons. Sedangkan, harga emas Comex tercatat naik 1,19 persen atau 19,50 poin ke US$1.656,30 per troy ons.