Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) berharap Indonesia bisa menjadi penentu harga timah dunia sebagai produsen timah terbesar kedua di dunia.
Plt. Kepala Bappebti Didid Noordiatmoko mengatakan, harga komoditas, termasuk timah sudah mengalami pergerakan yang luar biasa dan berkontribusi pada surplus neraca dagang Indonesia periode Januari-Agustus US$34,9 miliar.
“Ini bagus, tapi menjadi tantangan bagaimana kita bisa melakuakn tata kelola yang lebih baik atas komoditas,” katanya dalam Tin Conference ICDX, Rabu (19/10/2022).
Sebagai salah satu penghasil timah terbesar, Indonesia memproduksi dan ekspor timah dengan kenaikan yang siginifikan sejak 2020 dan 2021. Bappebti mencatat ekspor di bursa berjangka naik 115,9 persen dari 2020 ke 2021.
Terkait perdagangan berjangka komoditas, berdasarkan data Bappebti, total transaksi timah pada 2021 sebesar US$2,4 miliar, naik 25,1 persen dari 2020. Adapun, volume transaksi timah 2022 sampai Agustus 2022 51.190 metrik ton atau mengalami peningkatan 10,1 persen dari periode yang sama 2021.
Dari sisi nilai transaksi sampai Agustus 2022 totalnya mencapai US$1,8 miliar, atau naik 30,5 persen dari tahun sebelumnya.
Baca Juga
Didid mengatakan, Indonesia telah menerapkan pengaturan ekspor timah murni batangan melalui bursa berjangka dan saat ini, ini adalah satu-satunya komoditas yang bisa kita masukan ke bursa berjangka dan menghasilkan price preference untuk harga timah dunia.
“Target saya indonesia jadi juragan timah di Indonesia karena share Indonesia 30, sekian persen di dunia. CPO 40 persenan, bikin harga dong,” ujarnya.
Didid menambahkan, strategi ekspor timah murni batangan di bursa berjangka diharapkan dapat mengamankan dan memanfaatkan hasil tambang yang terbatas demi mendukung kelestarian lingkungan, peningkatan mutu, dan nilai tambah, serta transparansi harga untuk menentukan harga jual.
Ke depan, Bappebti juga akan mencoba tidak hanya timah yang akan menjadi price reference tapi juga komoditas lainnya.
“Kami akan coba dengan CPO meskipun masih dalam kajian kami akan bicara lagi terkait mekanisme ekspornya supaya Indonesia sebagai produsen besar bisa menjadi juara, setidaknya CPO bisa menyusul, lalu kopi dan karet dan sebagainya bisa ikut. Ini jadi target kami selanjutnya untuk memastikan agar bursa berjangka indonesia bisa menjadi price preference komoditas yang ada di Indonesia,” imbuhnya.