Bisnis.com, JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih berada dalam tren positif, meskipun telah terkoreksi selama sepekan terakhir.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Inarno Djajadi mengatakan, pertumbuhan pasar modal Indonesia masih positif, dengan volatilitas yang relatif terjaga hingga saat ini dibandingkan dengan negara lain.
"Kinerja IHSG merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan bursa Asia dan regional," kata Inarno, di Jakarta, Jumat (14/10/2022).
Berdasarkan statistik dari Bursa Efek Indonesia (BEI) per 13 Oktober 2022, kinerja IHSG secara year to date (YTD) memang masih positif dibandingkan dengan bursa Asia dan regional. IHSG masih mencatatkan pertumbuhan 4,55 persen secara year to date yakni di level 6.880,63, di saat bursa Asia dan regional mencatatkan koreksi secara YTD.
Bahkan, lanjut Inarno, pada 13 September pertumbuhan IHSG telah menembus rekor tertinggi sepanjang sejarah, yakni di level 7.318,01 meskipun saat ini kembali turun mengikuti pelemahan di bursa global. Sementara itu, market cap IHSG saat ini tercatat mencapai Rp9.142 triliun atau meningkat sebesar 10,75 persen YTD.
"Keseluruhan capaian pasar modal Indonesia sangat penting dalam upaya mewujudkan Indonesia sebagai tempat berinvestasi yang aman, nyaman, dan terpercaya. Hal ini khususnya dalam mendukung penyediaan sumber pembiayaan yang berkelanjutan, baik bagi proyek prioritas pemerintah maupun untuk meningkatkan daya saing perusahaan Indonesia ke kancah global," ujarnya.
Baca Juga
Di samping itu, kata Inarno, emiten juga mulai meningkatkan aktivitas penghimpunan dana melalui pasar modal seiring dengan telah pulihnya kembali aktivitas perekonomian domestik.
OJK mencatat, hingga 11 Oktober 2022, aktivitas penghimpunan dana di pasar modal adalah sebesar Rp179,66 triliun, dari 168 emisi. Emisi ini terdiri dari 42 penawaran umum perdana saham, 22 penawaran umum terbatas, 16 penawaran umum efek bersifat utang dan atau sukuk, 88 penawaran umum berkelanjutan efek bersifat utang dan atau sukuk di tahap I dan tahap II.
"Dari 168 kegiatan emisi tersebut, 48 di antaranya adalah emiten baru, bahkan hingga saat ini sudah ada puluhan perusahaan lagi yang mengincar untuk melakukan penawaran umum perdana," tuturnya.
Adapun pertumbuhan jumlah emiten ini menurut Inarno diikuti oleh pertumbuhan jumlah investor ritel yang meningkat hampir 9 kali lipat dibandingkan 5 tahun terakhir. OJK mencatat, hingga 11 Oktober 2022, jumlah investor pasar modal mencapai 9,85 juta SID.
Pertumbuhan investor tertinggi dicatatkan oleh investor reksa dana dan mayoritas masih didominasi oleh investor berusia di bawah 30 tahun yang mencapai 59,08 persen.
Kinerja reksa dana sendiri menurut OJK masih mengalami sedikit penurunan. Sampai dengan 11 Oktober 2022, total NAB reksa dana menurun sebesar 8,06 persen, dari Rp573,54 triliun per 30 Desember 2021 menjadi Rp531,80 triliun.
Sementara itu, total Asset Under Management (AUM) juga mengalami penurunan sebesar 1,27 persen dari sebelumnya sebesar Rp847,37 triliun menjadi Rp836,57 triliun.