Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

OJK Berpesan Perhatikan Terus Harga Komoditas di BIFA 2022, Ada Apa?

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mewanti-wanti agar memperhatikan harga komoditas, meski perekonomian sedang memulih pasca pandemi Covid-19.
Layar menampilkan Wakil Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mirza Adityaswara menyampaikan paparan saat acara Bisnis Indonesia Financial Award (BIFA) 2022 di Jakarta, Kamis (13/10/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Layar menampilkan Wakil Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mirza Adityaswara menyampaikan paparan saat acara Bisnis Indonesia Financial Award (BIFA) 2022 di Jakarta, Kamis (13/10/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mewanti-wanti agar memperhatikan harga komoditas, meski perekonomian sedang memulih pasca pandemi Covid-19. Salah satu hal yang menyebabkan harga komoditas meningkat adalah terjadinya perang antara Rusia dan Ukraina

Wakil Dewan Komisioner OJK Mirza Adtyaswara mengatakan pemulihan ekonomi terhadap pasokan belum terlalu signifikan. Hal ini lantas membaut harga barang termasuk komoditas naik.

Lebih lanjut, Mirza mengatakan adanya perang antara Rusia dan Ukraina membuat pasokan minyak, batubara, dan gas terhambat. Tingginya harga komoditas tersebut membuat inflasi energi cukup tinggi.

"Kalau kita bicara apa yang terjadi di Rusia [dan] Eropa, maka kenaikan harga gas bagaimana OPEC tidak mau menambah suplai minyak sengaja mengurangi suplai karena tidak mau minyak dibawah US$90," ujar Mirza dalam acara Bisnis Indonesia Financial Award (BIFA) 2022, Kamis (13/10/2022).

Adapun kenaikan suku bunga di berbagai negara Eropa diharapkan dapat menurunkan inflasi. Hal ini nantinya akan membuat harga komoditas ikut turun.

Mirza mengatakan kenaikan suku bunga dapat menurunkan harga beberapa komoditas seperti crude palm oil (CPO), dan gula. Namun, harga gandum masih naik 14 persen lantaran Rusia dan Ukraina merupakan produsen besar.

Menurut Mirza, Indonesia memiliki resiliensi yang cukup baik terhadap sektor komoditas pada perekonomian global. Hal ini lantaran Indonesia memiliki ekspor komoditas seperti batubara, CPO, dan nikel yang bisa menambah subsidi untuk energi.

"Sehingga beban dari kenaikan harga energi tidak harus di pass on kepada masyarakat," ujar Mirza.

Sebelumnya diberitakan, Goldman Sachs Group Inc dan Morgan Stanley kompak memberi pandangan bullish hingga akhir tahun terhadap harga minyak yang dapat mencapai level harga US$100 per barel.

Goldman Sachs menaikkan perkiraan harga minyak mentah Brent di kuartal ini menjadi US$110 per barel, sedangkan Morgan Stanley meningkatkan target harga harga minyak untuk kuartal I/2023 dari US$95 per barel menjadi US$100 per barel.

Pada Selasa, (11/10/2022) IMF dikabarkan akan menerbitkan World Economic Outlook yang membahas sejumlah hal penting, salah satunya stimulus pasar. Hal ini diproyeksikan akan mempengaruhi harga komoditas dalam waktu dekat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper