Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Begini Catatan Auditor soal Rugi Garuda (GIAA) Berbalik Laba

PwC memberikan opini wajar terhadap laporan keuangan Garuda Indonesia (GIAA), tetapi menyampaikan terdapat risiko penghasilan yang diakui tidak akurat.
Pesawat milik maskapai penerbangan Garuda Indonesia terparkir di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (21/6/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pesawat milik maskapai penerbangan Garuda Indonesia terparkir di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (21/6/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten penerbangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) mencatatkan laba bersih sebesar US$3,7 miliar di semester I/2022, berbalik dari rugi sebesar US$898 juta di periode yang sama tahun lalu.

Meski demikian, laba bersih yang didapatkan Garuda Indonesia ini merupakan hasil dari pendapatan dari restrukturisasi utang sebesar US$2,85 miliar dan keuntungan dari restrukturisasi pembayaran sebesar US$1,3 miliar. Sementara itu, pendapatan usaha Garuda sepanjang semester I/2022 sebesar US$878,6 juta.

Auditor laporan keuangan Garuda Indonesia PricewaterhouseCooper (PwC) memberikan opini wajar kepada laporan keuangan emiten berkode saham GIAA ini.

"Menurut opini kami, laporan keuangan konsolidasian interim terlampir menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan konsolidasian interim Grup tanggal 30 Juni 2022, serta kinerja keuangan konsolidasian interim dan arus kas konsolidasian interimnya," tulis PwC dalam laporan keuangan, dikutip Minggu (9/10/2022).

Auditor menyoroti laba bersih dari pendapatan restrukturisasi tersebut. PwC memberi penjelasan jika GIAA menjalani proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) yang dimulai 9 Desember 2021, dan berakhir dengan keputusan homologasi pada 27 Juni 2022.

Hasil PKPU dituangkan dalam bentuk rencana perdamaian yang telah disahkan oleh Majelis Hakim pada Pengadilan Niaga. Berdasarkan Rencana Perdamaian, terdapat 4 skema penyelesaian dengan para kreditur.

Skema tersebut meliputi pelunasan secara bertahap melalui arus kas operasional, konversi ke ekuitas, modifikasi menjadi ketentuan pembayaran baru jangka panjang, dan penyelesaian dengan haircut dalam bentuk utang baru.

"Oleh karena kompleksitas dan keragaman skema penyelesaian ini, terdapat risiko bahwa penghasilan yang diakui, sehubungan dengan pelunasan utang dalam laporan laba rugi konsolidasian interim tidak akurat," ujarnya.

Sebagai informasi, Garuda Indonesia membukukan pendapatan US$878,69 juta atau sekitar Rp13,05 triliun (kurs Rp14.585,84 per dolar AS) per Juni 2022, naik 26,1 persen year-on-year (yoy) dari sebelumnya US$696,8 juta.

Kenaikan pendapatan terutama berasal dari penerbangan berjadwal senilai US$677,28 juta pada semester I/2022 dari sebelumnya US$556,53 juta. Pendapatan GIAA setelah dikurangi beban usaha tercatat masih membukukan rugi sebesar US$1,2 miliar.

Adapun hingga akhir semester I/2022, GIAA mencatatkan penerimaan kas dari pelanggan sebesar US$926 juta, dan menghasilkan kas dari operasi sebesar US$186,3 juta, dengan kas bersih dari aktivitas operasi sebesar US$176,6 juta.

Jumlah kas dan setara kas GIAA akhir periode sebesar US$130,5 juta di semester I/2022, meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$76,6 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper