Bisnis.com, JAKARTA — PT Adaro Energy Indonesia Tbk. fokus pada penjualan jangka panjang di tengah kenaikan Harga Batu Bara Acuan Kementerian ESDM menembus rekor di US$330,97 per ton.
Head of Corporate Communication ADRO Febriaty Nadira mengatakan bahwa pergerakan harga batu bara sulit diprediksi karena dipengaruhi oleh berbagai faktor.
"Adaro akan tetap fokus terhadap efisiensi dan keunggulan operasional," katanya kepada Bisnis, Rabu (5/10/2022).
Menurutnya, prospek batubara masih tetap positif dan optimis dengan prospek pertumbuhan kedepan terutama didukung oleh pertumbuhan permintaan di wilayah Asia Tenggara termasuk Indonesia dan Asia Selatan.
Adapun, ADRO juga ikut masuk ke pasar Eropa seiring dibukanya kembali pengoperasian pembangkit batu bara di beberapa negara di Eropa.
"Saat ini kami fokus untuk memenuhi permintaan pelanggan yang mayoritas telah memiliki kontrak jangka panjang. Pada semester I/2022, penjualan batu bara Adaro ke Eropa sebesar 1 persen," jelasnya.
Baca Juga
Pada paruh pertama tahun ini, ADRO mencatatkan kenaikan penjualan batu bara sebesar 7 persen menjadi 27,5 juta ton semester II/2022 dari 25,8 juta ton di periode yang sama tahun sebelumnya.
Kontribusi penjualan batu bara Adaro ialah pasar Indonesia 23 persen, Asia Tenggara 23 persen, Asia Timur Laut 27 persen, India 15 persen, China 10 persen, Eropa 1 persen, dan lainnya 1 persen
Selain itu, walaupun menghadapi curah hujan yang tinggi dan masalah pengadaan alat berat, ADRO berhasil meningkatkan produksi sebesar 6 persen y-o-y menjadi 28,0 juta ton dari 26,5 juta ton pada semester I/2022.
Berdasarkan riset BRI Danareksa, pada semester pertama tahun ini realisasi ASP Adaro mencapai US$126 per ton, alias melonjak 117 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. ASP besar kuartal kedua tahun ini ADRO menikmati realisasi harga jual rata-rata sebesar US$148 per ton, atau naik 52,8 persen.