Bisnis.com, JAKARTA - Emiten konglomerasi, PT Astra International Tbk. (ASII) disebut tengah mempertimbangkan opsi penjualan unit bisnis asuransi jiwanya dengan potensi raihan dana hingga US$500 juta atau setara Rp7,5 triliun (kurs Rp15.000 per dolar AS).
Mengutip Bloomberg, Selasa (27/9/2022), konglomerasi Grup Astra tengah bekerja sama dengan penasihat keuangan untuk mengevaluasi ulang PT Asuransi Jiwa Astra, juga dikenal sebagai Astra Life, kata orang-orang yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena prosesnya bersifat pribadi.
Selain penjualan penuh, opsi lain yang sedang dipertimbangkan termasuk penjualan sebagian dan mendirikan usaha patungan, kata sumber Bloomberg tersebut.
Kesepakatan juga dapat melibatkan apa yang disebut kemitraan bancassurance, di mana perusahaan asuransi dapat menjual produknya di cabang bank dan saluran ritel lainnya untuk jangka waktu tertentu, tambah mereka.
Astra lanjutnya, tengah mencari penilaian US$300 juta hingga US$500 juta untuk perusahaan asuransi jiwa dalam sebuah transaksi. Diskusi masih dalam tahap awal dan Astra masih bisa memutuskan untuk mempertahankan aset tersebut.
Didirikan pada 2014, Astra Life menawarkan produk-produk termasuk asuransi jiwa konvensional, kesehatan dan kecelakaan, serta asuransi jiwa syariah, menurut situs jaringannya.
Baca Juga
Perusahaan memiliki premi tertulis bruto sebesar Rp5,7 triliun (US$377 juta) dan total aset sebesar Rp7,1 triliun dan melayani 3,5 juta orang pada akhir tahun lalu.
Bisnis Astra International mulai dari otomotif dan jasa keuangan hingga pertambangan dan properti dan memiliki hampir 189.000 karyawan, menurut situs webnya. Jardine Cycle & Carriage Ltd. adalah pemegang saham terbesarnya dengan kepemilikan 50,1 persen.
Saham Astra International telah meningkat sekitar 22 persen tahun ini, mengungguli benchmark Indeks Harga Saham Gabungan Bursa Efek Jakarta, yang naik sekitar 8 persen pada periode yang sama. Perusahaan ini memiliki nilai pasar sekitar US$18,7 miliar.