Bisnis.com, JAKARTA — Rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah pada perdagangan Selasa (20/9/2022), seiring dengan antisipasi kenaikan suku bunga Bank Sentral AS atau The Fed.
Mengutip data Bloomberg, nilai tukar rupiah ditutup turun 0,11 persen atau melemah 17 poin ke posisi Rp14.938 per dolar AS.
Sementara itu, indeks dolar AS pada pukul 15.00 WIB terpantau melemah 0,12 persen ke 109,345.
Sejumlah mata uang lainnya di kawasan Asia Pasifik yang tercatat melemah pada perdagangan hari ini antaralain yen Jepang turun sebesar 0,18 persen, dolar Hong Kong terdepresiasi 0,01 persen, dolar Singapura 0,02 persen, dan yuan China turun 0,05 persen.
Adapun mata uang Asia yang menguat terhadap dolar AS yaitu dolar Taiwan naik 0,17 persen, won Korea 0,27 persen, dan baht Thailand terkerek 0,06 persen.
Macro Equity Strategist Samuel Sekuritas, Lionel Priyadi menjelaskan, adanya tekanan depresiasi pada mata uang utama Asia terus berlanjut.
Baca Juga
“Kami memperkirakan perkembangan ini akan menekan rupiah hingga melewati Rp15.000 per dolar AS dengan kisaran pergerakan selanjutnya di Rp15.000—Rp15.200 per dolar AS,” ujarnya dalam riset, Selasa (20/9/2022).
Di pasar Indonesia, investor dan bankir telah memperkirakan adanya potensi kenaikan suku bunga sebesar 25 bps.
Di sisi lain, pasar Amerika Serikat dan Eropa dinilai sedang terkonsolidasi menjelang pengumuman kenaikan suku bunga oleh The Fed pada Kamis, 22 September 2022.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, mata uang rupiah kemungkinan akan melemah pada perdagangan esok hari, Rabu (21/9/2022).
“Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp14.970 — Rp15.020,” ujarnya dalam riset harian, Selasa (20/9/2022).
Dolar tetap kokoh di bawah level tertinggi dua dekade versus mata uang utama pada hari Selasa, karena investor bersiap mengantisipasi The Fed melanjutkan kampanye kenaikan suku bunga yang agresif untuk mengendalikan inflasi yang terlalu panas.
Bank sentral secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 75 bps pada hari Rabu, meskipun para pedagang juga memperkirakan kemungkinan kenaikan sebesar 100 bps.
“Ekspektasi untuk kenaikan tajam oleh The Fed diperkuat setelah data pekan lalu menunjukkan inflasi AS mendekati level tertinggi 40 tahun pada Agustus,” tutup Ibrahim.