Bisnis.com, JAKARTA – Emiten perkebunan PT Dharma Satya Nusantara Tbk. (DSNG) optimistis dapat mencatatkan pertumbuhan laba bersih dan pendapatan hingga akhir tahun 2022. Peningkatan produksi CPO perusahaan dan tren kenaikan harga komoditas akan menjadi sejumlah katalis utama.
Direktur DSNG Jenti Widjaja memaparkan, sepanjang semester I/2022, DSNG membukukan pendapatan sebesar Rp3,8 triliun, naik sebesar 14,9 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp3,3 triliun. Penjualan segmen kelapa sawit berkontribusi 80 persen dari total pendapatan semester I 2022.
Segmen kayu juga menunjukkan kinerja yang positif dengan peningkatan pendapatan sebesar 33 persen menjadi Rp782 miliar, ditopang oleh kenaikan volume penjualan dan harga jual rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan tahun lalu.
Profitabilitas DSNG juga meningkat secara substansial dengan laba tercatat sebesar Rp 467 miliar, naik 119 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dengan marjin laba 12 persen, hampir dua kali lipat marjin tahun sebelumnya.
“Kalau kita lihat dari pencapaian aktual hingga semester I/2022, pendapatan tumbuh sekitar 15 persen, sedangkan laba bersih kami naik 119 persen. Ini dapat menjadi acuan target pertumbuhan kinerja kami hingga akhir tahun,” jelasnya dalam acara Public Expose Live 2022, Kamis (15/9/2022).
Jenti menuturkan, optimisme perusahaan salah satunya ditopang oleh prospek meningkatnya produksi CPO perusahaan pada paruh kedua tahun ini.
Baca Juga
Ia menjelaskan produktivitas kebun DSNG mulai menunjukkan pola peningkatan dibandingkan tahun lalu. Selama 24 bulan sebelumnya produksi Tandan Buah Segar (TBS) pada kebun perusahaan di wilayah Kalimantan Timur terdampak oleh siklus cuaca El-Nino
Jenti memperkirakan proporsi produksi TBS di semester II/2022 akan mencapai 60 persen dari total produksi TBS tahun 2022. Hal ini akan berdampak terhadap kenaikan produksi CPO sampai akhir tahun 2022.
DSNG memperkirakan produksi TBS sampai akhir tahun 2022 naik lebih dari 10 persen year on year dibandingkan 2021.
“Kami optimistis kinerja produksi dan keuangan akan optimal, apalagi jika harga CPO tetap berada di level tinggi sekitar 3.500 hingga 3.800 ringgit per ton,” tambahnya.