Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tertarik Masuk Reksa Dana Pendapatan Tetap? Cermati Sentimen Berikut

Investor perlu mencermati sentimen yang membayangi prospek reksa dana pendapatan tetap.
Warga mengakses informasi tentang reksa dana di Jakarta, Rabu (6/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Warga mengakses informasi tentang reksa dana di Jakarta, Rabu (6/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Reksa dana pendapatan tetap masih dapat menjadi salah satu pilihan investor saat ini mengingat tingkat imbal hasil (yield) yang masih menarik. Kendati demikian, investor juga perlu mewaspadai sejumlah sentimen negatif yang membayangi instrumen tersebut.

Laporan dari Infovesta Utama memaparkan, pergerakan kinerja reksa dana pendapatan tetap salah satunya dipengaruhi oleh rilis data inflasi yang mengalami penurunan sebesar 4,69 persen pada Agustus dibandingkan dengan pada bulan Juli sebesar 4,94 persen dibawah konsensus pasar.

Sejalan dengan kondisi tersebut, pasar obligasi juga mendapatkan sentimen positif yang turut berimbas pada reksa dana pendapatan tetap. Namun, volatilitas terhadap pasar obligasi masih cukup tinggi, seiring dengan sikap The Fed yang masih akan agresif menaikkan suku bunganya.

“Di sisi lain, sentimen perlambatan ekonomi global dapat memberikan sinyal positif terhadap pasar obligasi seiring dengan yield obligasi 10 tahun Indonesia yang masih atraktif diatas 7 persen,” demikian kutipan laporan tersebut, Minggu (11/9/2022).

Seiring dengan hal tersebut, Infovesta menyarankan investor dapat berinvestasi ke reksa dana pendapatan tetap di tengah sentimen perlambatan ekonomi global dan masih menariknya yield obligasi 10 tahun Indonesia.

Kendati demikian, seiring masih tingginya risiko di pasar investor perlu memperhatikan kondisi ekonomi domestik terutama inflasi yang diperkirakan masih akan naik.

Dari sisi global, kenaikan suku bunga The Fed, efek lockdown di China, dan berlanjutnya perlambatan ekonomi global dapat menjadi perhatian investor. Pada pekan lalu, beberapa negara melaporkan rilis data PMI Manufaktur yang mengalami perlambatan ke level terendah sejak awal pandemi.

Selain itu, rilis data ketenagakerjaan Amerika Serikat menunjukan perlambatan seiring dengan meningkatnya angka pengangguran yang naik dari level 3,5 persen ke level 3,7 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper