Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menilik Sisi Historis Pergerakan IHSG pada September

Secara historis IHSG pada September dan Oktober biasanya akan mengalami pelemahan. Fenomena itu hampir selalu terjadi sejak 1997.
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (26/7/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (26/7/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan bergerak dalam rentang level tertentu (ranging) dan cenderung ‘memerah’ sepanjang September 2022.

Analis Teknikal Trimegah Sekuritas Hans Adisastra menyebutkan, secara historis IHSG pada September dan Oktober biasanya akan mengalami pelemahan. Fenomena itu hampir selalu terjadi sejak 1997.

"Cenderung bukan berarti jelek, berarti kalau dia sudah ada di bawahnya, bakal banyak barang murah. Kita sudah keasyikan naik Februari--Maret, tahu-tahu IHSG jeblok turun ke bawah, karena mereka mengoleksi di September dan Oktober tahun kemarin, dan itu yang disebut bottoming," jelasnya dalam diskusi virtual, dikutip Minggu (4/9/2022).

Menurutnya, IHSG saat ini sedang dalam posisi tinggi dengan likuiditas tinggi sehingga cenderung bergerak dalam rentang antara 7.021 hingga 7.228.

Lebih lanjut, untuk menghadapi IHSG yang berpeluang melemah tersebuti, sejumlah strategi dapat disiapkan investor.

“Pertama, antisipasi ranging bukan antisipasi naik karena dari data yang ada biasanya pasar cenderung merah,” katanya.

Kedua, dia menyarankan para investor untuk memperhatikan saham yang akan dibeli. Dia memperkirakan dalam beberapa waktu terakhir, emiten yang berpeluang mengalami kenaikan harga saham bukan berasal dari kelompok LQ45. Menurutnya, saham yang akan mengalami kenaikan biasanya adalah kelompok mid to small cap.

Dia pun juga menyarankan para investor untuk mengamati emiten-emiten yang memiliki kinerja keuangan yang cenderung berbalik untung.

"Ketiga, strategi [investor] ritel fokus ke makroekonominya, jadi tahu flow market ke arah mana. IHSG ranging di daerah ini 7.021 -7.228 harus antisipasi September ini ranging. Baru Oktober akan bottoming," paparnya.

Dia juga menilai saham-saham batu bara sudah pada posisi mendekati resistance. Untuk itu dia menilai bahwa investor perlu memperhatikan tren yang akan terjadi di sektor batu bara pada masa depan.

"Emiten yang dilihat indeks batu bara indeks salah satu yang paling stabil kenaikan, antisipasi batu bara indeks harga hampir dekati highest di Maret, sampai semester akhir cerita bukan komoditas lagi harus diperhatikan lagi, karena pergerakan naik, masuk resistance area," tambahnya.

Secara teknikal dia merekomendasikan ADMR dan BRMS yang memiliki potensi risiko pelemahan yang rendah berbanding dengan potensi kenaikannya.

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper