Bisnis.com, JAKARTA - PT Samindo Resources Tbk. (MYOH) mengalami penurunan laba bersih hingga 43,33 persen pada semester I/2022. Manajemen MYOH menyebut kondisi tersebut mencerminkan berbagai kondisi eksternal yang membayangi operasional sepanjang paruh pertama tahun ini.
Corporate Secretary Samindo Resources Ahmad Zaki Natsir mengatakan tingginya harga batu bara tidak serta merta memberi dampak baik bagi industri jasa pertambangan. Ahmad menyebut sebagian besar operator batu bara dengan kapasitas besar justru menahan laju produksi.
Lebih lanjut, Ahmad menyebut operator besar sangat berhati-hati dalam menetapkan target produksi pada awal tahun ini. Hal ini lantas menyebabkan kontraktor cenderung tidak mengalami kenaikan volume yang cukup berarti.
Selain itu, adanya larangan eskpor batu bara dari pemerintah di awal tahun ini juga mempengaruhi kinerja perseroan. Sebagai respons, MYOH lantas mengurangi kapasitas operasional hingga 50 persen.
Tingginya curah hujan juga disebut menahan laju aktivitas penambangan. Catatan internal MYOH menunjukan waktu pemeliharaan meningkat 36,2 persen akibat hujan.
Pada semester I/2021 waktu pemeliharaan akibat hujan mencapai 761 jam sedangkan pada semester I/2022 mencapai 1.036 jam.
Baca Juga
“Sepanjang semester pertama ini kami banyak dihadapkan pada kendala-kendala non-teknis yang sulit kami untuk menghindarinya,“ ungkap Ahmad Zaki melalui keterangan resmi dikutip pada Jumat (2/9/2022).
Saat ini MYOH tengah masuk tahun kedua dalam melakukan pemeliharaan alat berat secara mandiri. Hal ini dilakukan demi menekan biaya pemeliharaan melalui pihak ketiga. Sebelumnya pemeliharaan alat berat MYOH dilakukan melalui pihak ketiga.
Langkah ini membuat MYOH berhasil menekan biaya pemeliharaan hingga 25,6 persen. Perseroan juga mengurangi waktu standby akibat kecelakaan kerja demi menahan laju biaya.
Hingga akhir paru pertama tahun ini, manajemen menyebut tercatat tidak terjadi kecelakaan pada aktivitas utama penambangan batu bara. Hal ini dapat tercapai karena manajemen merubah waktu kerja dari 3 shift menjadi 2 shift. MYOH lantas dapat berhemat hingga 10,5 persen.
“Saat ini kami juga tengah beradaptasi dengan adanya peralihan dari pemeliharaan melalui pihak ketiga menjadi pemeliharaan mandiri, sehingga ada beberapa kondisi yang belum maksimal,” ujar Zaki.
Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2022, MYOH mencatatkan laba yang dapat didistribusikan kepada pemilik entitas induk menurun 43,33 persen dari US$13,9 juta atau setara Rp198,75 miliar menjadi US$7,88 juta atau sekitar Rp117,28 miliar pada paruh pertama 2022.