Bisnis.com, JAKARTA - PT Samindo Resources Tbk. (MYOH) sedang mencari kontrak baru saat harga batu bara saat ini tinggi. Data ICE Newcastle Australia menunjukkan harga batu bara mencapai US$422 per ton pada Selasa (30/8/2022).
Sekretaris Samindo Resources Ahmad Zaki Natsir mengatakan tingginya harga batu bara saat ini tidak serta merta berdampak terhadap perusahaan jasa pertambangan. Hal ini lantaran kenaikan harga batu bara tidak serta merta membuat produsen menaikan volume secara drastis yang menyebabkan dibutuhkannya kontraktor tambahan untuk meningkatkan volume batu bara.
"Kenyataannya saat ini para penambang besar volume produksi di tahun 2022 relatif konservatif. Namun demikian kami tetap berupaya untuk mencari peluang-peluang proyek baru," ujar Ahmad Zaki kepada Bisnis pada Selasa (30/8/2022).
MYOH kini tengah berusaha untuk mendapatkan proyek tambahan dari proyek yang sedang berjalan saat ini. Upaya tersebut dilakukan dengan terus memberikan hasil kerja maksimal yang otomatis akan meningkatkan daya tawar menawar MYOH di mata klien dan industri pertambangan batu bara.
Saat ini, MYOH tengah fokus untuk melayani satu klien yang ada dengan berupaya untuk memperpanjang kontrak yang akan berakhir pada tahun 2023. Perpanjangan kontrak ini disebut Ahmad Zaki tidak berhubungan dengan tingginya harga batu bara saat ini.
"Kontrak kita dengan klien existing berakhir tahun 2023 dan saat ini sedang proses perpanjangan," ujar Ahmad Zaki.
Baca Juga
Berdasarkan laporan keuangan per 31 Maret 2022, PT Kideco Jaya Agung tercatat sebagai satu-satunya pelanggan yang memiliki nilai transaksi lebih dari 10 persen dari pendapatan konsolidasian. Adapun pendapatan yang diperoleh dari Kideco Jaya Agung mencapai US$31,17 juta atau kisaran Rp447,56 miliar (kurs Rp14.357).
Terkait dengan produksi tahun ini, Ahmad mengacu pada laporan keuangan tahun buku 2021. Dalam laporan tersebut MYOH menargetkan overburden naik 1,60 persen menjadi 38 juta bank cubic meter (bcm) dari 37,38 juta bcm pada 2021.
Sementara untuk produksi batu bara MYOH menargetkan sekitar 8,60 juta ton. Angka ini turun 23,89 persen dari produksi batubara MYOH pada 2021 yakni 11,34 juta ton.
Terkait dengan pendapatan MYOH memproyeksikan pendapatan US$ 155,71 juta atau setara Rp2,22 triliun. Angka tersebut menurun 3,08 persen dari capaian tahun 2021 yakni US$160,66 juta atau setara Rp 2,29 triliun (kurs Rp14.278).
Sementara untuk laba, MYOH memasang target US$22,85 juta (setara Rp326,3 miliar) atau turun 15,22 persen dari tahun 2021. Laba setelah pajak yang diperoleh MYOH pada 2021 mencapai US$26.95 juta atau setara Rp384,88 miliar.