Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah pada perdagangan hari ini, Kamis (1/9/2022), beriringan dengan melemahnya mayoritas mata uang di kawasan Asia.
Berdasarkan data Bloomberg, mata uang Garuda ditutup melemah 40,00 poin atau 0,27 persen pada hari ini sehingga parkir di posisi Rp14.882,50 per dolar AS. Sementara indeks dolar AS pada pukul 15.15 WIB terpantau menguat 0,205 poin atau 0,19 persen ke level 108,905.
Adapun mata uang lain yang turut melemah adalah won Korea Selatan yang anjlok 1,18 persen, peso Filipina turun 0,50 persen, dolar Taiwan turun 0,46 persen, dan yen Jepang yang melemah 0,25 persen terhadap dolar AS.
Di sisi lain, dolar Hongkong menjadi satu-satunya mata uang di kawasan Asia yang mengalami penguatan dengan naik tipis 0,01 persen terhadap dolar AS.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam dalam riset harian mengatakan, rilis ketenagakerjaan ADP hari Rabu menunjukkan perlambatan dalam laju perekrutan di sektor swasta AS pada Agustus, tetapi kenaikan 132.000 masih merupakan angka yang sehat.
Terkait hal tersebut, pembuat kebijakan Presiden Fed Cleveland Loretta Mester pada Rabu (31/8/2022) menyatakan bahwa bank sentral perlu menaikkan suku bunga acuannya di atas 4 persen pada awal tahun depan.
Baca Juga
Sementara untuk saat ini di kisaran target 2,25 persen - 2,5 persen, menurutnya dibiarkan dalam beberapa waktu untuk membantu mendinginkan inflasi.
Beralih pada kawasan Eropa, Ibrahim mengungkapkan berdasarkan data yang dirilis kemarin, inflasi zona euro naik ke rekor tertinggi di level 9,1 persen pada Agustus.
“Pasar telah memperkirakan sekitar 40 persen kemungkinan ECB akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin minggu depan, bahkan ketika risiko resesi yang menyakitkan meningkat seiring dengan harga gas,” tulis Ibrahim dalam riset harian, Kamis (1/9/2022).
Sementara itu dari domestik, dia menyebutkan terdapat sentimen terkait pemerintah yang menetapkan untuk mulai melakukan pengalihan subsidi untuk langsung diberikan kepada kelompok yang tidak mampu.
Hal tersebut berkaitan dengan distribusi manfaat subsidi dan kompensasi energi saat ini lebih banyak dinikmati oleh kelompok masyarakat mampu (95 persen untuk subsidi solar dan 80 persen untuk subsidi pertalite).
“Sedangkan sebanyak 5 persen subsidi Solar dan 20 persen dari subsidi kompensasi Pertalite dinikmati oleh yang berhak,” ungkapnya.
Pemerintah juga menyatakan, Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) tahun 2022 yang menjadi shock absorber telah bekerja keras. Konsekuensinya, subsidi dan kompensasi energi sesuai Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2022, jumlahnya meningkat tiga kali lipat, yaitu dari APBN 2022 awal Rp.152,5 triliun menjadi Rp.502,4 triliun.
Berdasarkan sentimen di atas, Ibrahim memperkirakan pergerakan rupiah besok, Jumat (2/9/2022), dibuka fluktuatif tetapi ditutup melemah pada rentang Rp14.870 - Rp14.930 per dolar AS.