Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) masih dibayangi fluktuasi harga bahan baku dan daya beli konsumen.
Kalangan analis memperkirakan nasib saham ICBP akan banyak ditentukan oleh kemampuan belanja masyarakat di tengah tren kenaikan harga pangan.
Pendapatan produsen mi instan Indomie tersebut meningkat 16 persen pada semester I/2022 menjadi Rp32,59 triliun dari Rp28,2 triliun.
Namun, kenaikan harga komoditas bahan baku membuat laba usaha ICBP turun 8 persen secara tahunan menjadi Rp5,88 triliun dari Rp6,36 triliun. Beban bahan baku yang digunakan dan beban produksi kompak naik masing-masing sebesar 30,20 persen yoy menjadi Rp17,85 triliun dan 11,84 persen yoy menjadi Rp4,03 triliun.
Sementara itu, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk amblas 40 persen menjadi Rp1,93 triliun dari Rp3,22 triliun di semester pertama tahun lalu.
Analis NH Korindo Sekuritas Cindy Alicia Ramadhania mengatakan harga bahan baku masih akan menjadi sentimen yang membayangi kinerja ICBP ke depan. Hal ini tak lepas dari fakta bahwa segmen mi instan merupakan kontributor utama pendapatan Indofood CBP. Selama Januari—Juni 2022, segmen ini menyumbang Rp23,53 triliun atau sekitar 69 persen dari total penjualan.
Baca Juga
“Segmen ini penyumbang pendapatan terbesar, tetapi juga dibayangi kenaikan harga gandum,” katanya, Rabu (31/8/2022).
Cindy mengatakan Kinerja ICBP ke depan akan bergantung pada tingkat pemulihan konsumsi masyarakat di tengah tren kenaikan harga pangan. Kehadiran bantuan langsung tunai kepada kelompok masyarakat rentan, lanjutnya, bisa menjadi penahan penurunan daya beli.
“Penjualan ICBP sudah di atas estimasi kami yakni Rp31,8 triliun. Namun laba bersih memang jauh di bawah estimasi kami yakni Rp3,2 triliun. Pelemahan saham ICBP hari ini menjadi pertanda pasar merespons kinerja dengan laba yang turun cukup dalam,” tambahnya.
Di lain pihak, Analis Samuel Sekuritas Pebe Peresia menyebutkan penjualan ICBP masih naik dua digit meski terdapat kenaikan harga jual rata-rata pada April dan Juni 2022. Hal ini menunjukkan bahwa ICBP bisa meneruskan kenaikan biaya produksi ke konsumen.
“Memang kenaikan yang terakhir dilakukan di bulan Juni, jadi dampaknya mungkin akan lebih terlihat di kuartal III/2022,” kata Pebe ketika dihubungi.
Secara operasional, EBIT ICBP tercatat turun sekitar 7 persen dan masih sejalan dengan proyeksi Samuel Sekuritas. Namun, laba bersih dinilai turun cukup signifikan dan dinilai disebabkan oleh kenaikan rugi kurs yang belum terealisasi.
“Untuk rekomendasi kami masih melakukan peninjauan kembali. Namun terakhir kami rekomendasikan buy dengan target harga Rp12.000,” katanya.