Bisnis.com, JAKARTA – Saham PT BUMI Resources Tbk. (BUMI) menjadi favorit investor hingga penutupan perdagangan, Jumat (26/8/2022).
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI) saham BUMI ditutup turun 3 poin atau 1,72 persen ke 171. Dalam sepekan, harga saham BUMI sudah naik 23,91 persen. Selain itu, dibandingkan dengan harga awal tahun harganya naik 155,22 persen, dan naik 200 persen dari setahun lalu.
Meski ditutup parkir di zona merah, saham milik grup Bakrie itu terpantau menjadi saham paling banyak ditransaksikan dengan nilai transaksi mencapai Rp1,3 triliun.
Adapun, hingga penutupan perdagangan di bursa pukul 15.00 WIB, frekuensi perdagangan saham BUMI mencapai 67.296 kali.
Head of Technical Analyst BNI Sekuritas Andri Zakaria Siregar memberikan rekomendasi speculative buy untuk saham BUMI.
“Untuk minggu depan fokus ke energi akan high lagi, mungkin ada isu royalti. Untuk BUMI yang masih jadi favorit market, target kita masih di 202-300 ya untuk medium term. Kalau untuk jangka pendek hati-hati, karena sudah overbought, dan supportnya ada di 168-156,” ungkap Andri dalam riset, Jumat (26/8/2022).
Baca Juga
Andri juga menyebutkan untuk pemain di saham komoditas, kepekaan terhadap risikonya harus lebih bagus karena pergerakannya sangat volatil.
Sebelumnya, pada Selasa (23/8/2022) investor asing NBS Clients tercatat memborong saham BUMI sebanyak 200 juta lembar saham.
Berdasarkan surat keterangan PT Ficomindo Buana Registrar yang ditujukan kepada OJK, NBS Clients yang beralamat di Zurich, Swiss menambah kepemilikan saham BUMI yang digenggam menjadi total 9.617.265.262 saham atau setara 6,87 persen.
NBS Clients dikenal dengan nama Nomura Bank (Switzerland) Ltd yang memfasilitasi transaksi sekuritas di bursa Asia Pasifik atas nama investor institusi yang berbasis di Swiss.
Selama Juli 2022, NBS Clients tercatat memborong saham BUMI secara bertahap mencapai 6,06 persen atau 1,52 miliar saham.
Data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menyebutkan, NBS Clients mengakumulasi saham BUMI sejak Selasa, (19/7/2022) menjadi 5,54 persen, dari sebelumnya 4,94 persen.