Bisnis.com, JAKARTA — Emiten yang dikomandoi Pandu Sjahrir, PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA) membukukan kenaikan laba sepanjang semester I/2022, didukung oleh naiknya pendapatan di tengah harga tinggi batu bara.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasi Jumat (26/8/2022), TOBA mencetak laba bersih US$34,62 juta atau sekitar Rp512,48 miliar (kurs Rp14.800) atau meningkat 59,94 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar US$21,64 juta.
Kenaikan laba TOBA didukung oleh pertumbuhan pendapatan yang mencapai 48,08 persen secara tahunan, dari US$188,76 juta pada semester I/2021 menjadi US$279,52 juta atau sekitar Rp4,13 triliun pada semester I/2022.
Mayoritas pendapatan TOBA disumbang oleh penjualan batu bara yang berkontribusi sebesar US$252,25 juta, kemudian disusul kontribusi pendapatan ketenagalistrikan sebesar US$24,24 juta, dan penjualan tandan buah segar (TBS) sawit US$3,02 juta.
Naiknya pendapatan TBS Energi Utama diikuti dengan kenaikan beban pokok pendapatan sebesar 36,66 persen secara year on year (yoy) menjadi US$215,25 juta, dibandingkan dengan sebelumnya US$157,49 juta.
Meski demikian, TOBA tetap mengantongi laba kotor sebesar US$64,27 juta yang lebih tinggi dibandingkan dengan semester I/2021 sebesar US$31,26 juta. Laba operasi TOBA juga tumbuh menjadi US$72,58 juta dibandingkan dengan US$45,78 pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Baca Juga
Total aset TOBA per 30 Juni 2022 tercatat mencapai US$881,77 juta, naik dari posisi 31 Desember 2021 sebesar US$858,10 juta. Kenaikan terutama disebabkan oleh naiknya persediaan menjadi US$23,23 juta dan piutang usaha yang kini di posisi US$66,41 juta.
Total liabilitas TOBA mengalami penurunan menjadi US$486,99 juta pada 30 Juni 2022 dari sebelumnya US$503,87 juta di 31 Desember 2021. Terdapat penurunan cukup signifikan pada liabilitas jangka panjang, terutama pada pos utang bank yang kini di posisi US$329,79 juta dari US$344,89 juta pada Desember 2021.
Sementara itu, total ekuitas TOBA meningkat menjadi US$394,77 juta pada 30 Juni 2022, dari US$354,22 juta pada akhir tahun lalu.
Manajemen TOBA sebelumnya menyampaikan bahwa perseroan memasang target moderat untuk produksi batu bara 2022. Perusahaan memperkirakan produksi batu bara di kisaran 3 juta ton sampai 3,5 juta ton, tidak berubah dari realisasi 2021.
“Target ini flat. Kami sengaja karena fokus kami memang ke energi baru terbarukan,” kata Wakil Presiden Direktur TBS Energi Utama Pandu Sjahrir, Rabu (8/6/2022).
Direktur Utama TOBA Dicky Yordan memaparkan bahwa perseroan tidak menetapkan target khusus untuk pertumbuhan kinerja 2022. Meski demikian, harga batu bara yang baik sepanjang paruh pertama 2022 diperkirakan berdampak positif pada kinerja sepanjang tahun.
Di sisi lain, perusahaan juga memproyeksikan kontribusi yang lebih besar dari lini bisnis ketenagalistrikan, seiring dengan beroperasinya dua pembangkit listrik tenaga uap milik perusahaan dengan tingkat utilisasi penuh.
“Kami belum memberi guidance untuk target 2022, tetapi mayoritas pemasukan kami berasal dari batu bara. Kami perkirakan kinerja jauh lebih baik, terutama kedua power plant kami sudah beroperasi penuh, sementara tahun lalu baru setengah. Dan dari sisi batu bara harga juga sangat baik,” kata Dicky.
Dalam bidang ketenagalistrikan, TBS memiliki anak perusahaan yang mengembangkan proyek PLTU Sulut3 2x50 MW di Sulawesi Utara dan proyek PLTU Sulbagut-1 2x50MW di Gorontalo. Perseroan juga memiliki anak perusahaan yang mengembangkan proyek pembangkit listrik tenaga mini hydro 2x3 MW di Lampung.
Dalam bidang pertambangan, TBS memiliki tiga anak perusahaan yang memiliki Izin Usaha Pertambangan (IUP) di Kalimantan Timur dengan lokasi berdekatan satu sama lain. Adapun total luas lahan pertambangan mencapai 7.087 hektare.