Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat kembali pada hari ini dengan saham TLKM, BBCA, BUMI, ADRO, BBRI yang paling banyak ditransaksikan dari sisi nilai.
IHSG ditutup naik 0,44 persen atau 31,44 poin ke posisi 7.194,71 pada akhir perdagangan, Rabu (24/8/2022). Sepanjang sesi, IHSG bergerak di rentang 7.154,64-7.204,42.
Sejumlah 275 saham menguat, 246 saham melemah, dan 177 saham stagnan. IHSG hari ini membukukan kapitalisasi pasar senilai Rp9.408,62 triliun.
Saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) menjadi yang paling banyak ditransaksikan R892,8 miliar. Selanjutnya, saham BBCA Rp868 miliar, BUMI Rp586,3 miliar, ADRO Rp395,8 miliar, dan BBRI Rp322,7 miliar.
Adapun emiten grup Bakrie PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) masuk top losers perdagangan hari ini yakni turun 5,93 persen menjadi Rp222.
Dibawahnya terdapat emiten KKES, BNBR, dan RAFI yang menurun 5 persen lebih. Masing-masing mengalami penurunan sebanyak 5,92 persen, 5,80 persen, dan 5,45 persen.
Baca Juga
Salah satu emiten yang masuk dalam jajaran top gainers di tengah menguatnya IHSG adalah PT Ancora Indonesia Resources Tbk (OKAS) yang menguat 31,65 persen ke posisi Rp104.
Kemudian, saham MTWI dan AHAP naik masing-masing 19,40 persen dan 11,11 persen. Dibelakangnya terdapat saham CARS dan ASLC dengan kenaikan masing-masing 9,09 persen dan 7,07 persen.
Head of Technical Analyst Research BNI Sekuritas, Andri Zakarias Siregar sebelumnya mengatakan IHSG berpeluang mengalami kenaikan relatif terbatas, dari candle bullish harami dan selama di atas 7.132.
“Trend bullish, selama di atas 7.021. IHSG closing dibawah 5 day MA (7.152). Indikator MACD bullish, stochastic bearish, masih dalam pola bullish channel, candle bullish harami. Selama di atas support 7.021, IHSG masih berpeluang bullish. Dominan power buy. Range breakout berada di 7.021 - 7.258,” ujar Andri dalam risetnya, Rabu (24/3).
Secara terpisah, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus memaparkan BI tampak prudent sebelumnya dalam memutuskan kebijakan moneternya. Namun, tingkat inflasi yang terus terakselerasi seiring dengan harga pangan dan energi yang melonjak, menyebabkan BI dengan cepat menaikan suku bunga.
“Saham perbankan, konsumen primer seperti perunggasan, komoditas energi batu bara, gas dan emas bisa menjadi pilihan investasi. Sementara, saham yang terdampak dengan kenaikan suku bunga yaitu properti dan konsumen non-primer seperti otomotif boleh di hindari terlebih dahulu,” jelasnya dalam riset harian, Rabu (23/8/2022).