Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Suku Bunga BI Naik, IHSG dan Sektor Saham Ini Masih Bisa Cuan

Naiknya suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) 25 bps menjadi 3,75 persen masih berdampak positif bagi IHSG.
Karyawan melintas di depan layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (5/7/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Karyawan melintas di depan layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (5/7/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA - Pilihan Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin (bps) dinilai masih bakal berdampak positif bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Saham komoditas bakal terbang, sementara manufaktur dan properti bakal melempem.

Deputy Head of Research Sinarmas Sekuritas Ike Widiawati menjelaskan keputusan Bank Indonesia menaikkan suku bunga 25 bps ke level 3,75 persen sebagai langkah antisipasi oleh BI karena rencana pemerintah menaikkan BBM bersubsidi.

"Dengan begitu, kenaikan BBM ini diperkirakan membuat inflasi naik di atas 5 persen. Sementara itu, outlook IHSG masih positif, karena jika Bank Indonesia tidak menaikkan suku di tengah realisasi kebijakan pemerintah untuk menaikkan BBM ini akan menjadi tekanan yang buruk bagi rupiah," paparnya kepada Bisnis, Selasa (23/8/2022).

Dengan demikian, kenaikan suku bunga yang diambil oleh BI adalah kebijakan yang tepat. Ketika inflasi nantinya meningkat sebagai dampak kenaikan BBM, persepsi investor sudah lebih tenang dan nilai tukar lebih terjaga dibandingkan dengan BI menahan suku bunga acuan 7 Days Repo Rate (7DRR).

Hal ini memperlihatkan kenaikan suku bunga sebagai langkah antisipasi dari Bank Indonesia, sebelum harga BBM naik dan mengerek inflasi.

Selain itu, dengan Bank Indonesia menaikkan 7Days RR maka Indonesia menjadi lebih menarik dari sisi suku bunga yang ditawarkan kepada investor asing dibandingkan dengan Bank Indonesia menahan 7Days RR.

Lebih lanjut, Ike menerangkan seiring kenaikan suku bunga acuan, sektor komoditas energi masih cukup baik.

"Pemerintah mengambil langkah untuk menaikkan BBM, hal ini merefleksikan bahwa minyak mentah dunia masih dalam outlook yang positif di tengah ketegangan Rusia dan Ukraina yang terus berlanjut," terangnya.

Adapun, sektor-sektor yang terkena dampak negatif dari hal tersebut yakni, sektor manufaktur atau industri yang kemungkinan beban overhead pabrik yang naik dan menggerus margin.

Selain itu, sektor lain yang terdampak yakni properti, karena permintaan properti baru dapat tertekan seiring kenaikan biaya angsuran yang meningkat mengikuti suku bunga acuan yang naik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper