Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Suku Bunga Acuan BI Naik, Sektor Saham Ini Berisiko Loyo

Salah satu sektor yang akan terdampak negatif adalah properti mengingat kekhawatiran bank akan menaikkan suku bunga kredit mereka terhadap kredit perumahan.
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (20/7/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (20/7/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah sektor saham akan merasakan efek negatif kebijakan Bank Indonesia (BI) yang menaikkan suku bunganya menjadi 3,75 persen.

Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Roger MM mengatakan, kebijakan BI akan berdampak pada sejumlah sektor saham. Menurutnya, salah satu sektor yang akan terdampak negatif adalah properti mengingat adanya kekhawatiran bank akan menaikkan suku bunga kredit mereka terhadap kredit perumahan.

Sektor lain yang berpotensi merasakan dampak negatif kebijakan BI adalah mulltifinance. Roger memaparkan, kenaikan suku bunga pinjaman kemungkinan dapat terjadi jika ke depannya BI agresif menaikkan suku bunga.

“Hal tersebut tentunya akan berpengaruh kepada emiten-emiten terkait,” katanya saat dihubungi, Rabu (24/8/2022).

Roger menambahkan, saat ini Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih merespon positif kebijakan BI tersebut. Langkah BI dinilai sebagai bentuk antisipasi kenaikan inflasi yang telah mencapai 4,94 persen pada Juli 2022.

Sebelumnya, Bank Indonesia mengumumkan kenaikan suku bunga acuan pada Selasa (23/8/2022), diluar dugaan analis pasar modal. Hal ini diperkirakan bakal mempengaruhi perlambatan pertumbuhan ekonomi dan percepatan inflasi.

Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk meningkatkan suku bunga 7DRRR sebanyak 25 basis poin (bps) menjadi 3,75 persen. Langkah tersebut diambil untuk mengantisipasi lonjakan inflasi akibat kenaikan harga Pertalite RON 90 di masa mendatang.

Menyusul pengumuman BI, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan dukungannya untuk kenaikan harga Pertalite dengan mengatakan pembatasan konsumsi bahan bakar bersubsidi tidak cukup untuk mencegah kenaikan lebih lanjut anggaran subsidi energi dan kompensasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper