Bisnis.com, JAKARTA – Mirae Asset Sekuritas menilai pasar obligasi di Indonesia hingga akhir tahun masih menarik meskipun tren suku bunga acuan global dan domestik meningkat.
Ekonom Senior Mirae Asset Sekuritas Rully Wisnubroto dalam acara Bond-ing Talsk Mirae Asset Sekuritas, Senin (22/8/2022), menyampaikan bahwa pasar obligasi Tanah Air saat ini masih menarik mengingat defisit fiskal APBN di tahun 2022 masih terjaga pada target yang ditetapkan pemerintah.
“Target pemerintah tersebut didasari Perpres 98/2022 sebesar 4,50 persen, seiring dengan peningkatan penerimaan pajak,” ungkap Rully, dikutip dalam keterangan pers, Senin (22/8/2022).
Meskipun Rully memproyeksikan The Fed masih akan menaikkan suku bunga acuannya sebesar 1 persen atau 100 basis poin (bps) hingga akhir tahun 2022. Melalui besaran total tersebut dia memperkirakan sebesar 50 bps akan dinaikkan pada pertemuan FOMC September ini.
Kemudian akan menaikkan masing-masing 25 bps pada FOMC bulan November dan Desember 2022.
Sementara itu, di dalam negeri, Rully memperkirakan Bank Indonesia akan menaikkan suku bunga acuan BI7DRRR secara total sebesar 50 bps sehingga menempati level 4 persen di akhir tahun 2022.
Baca Juga
Head of Fixed Income Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nita Amalia menyampaikan bahwa pasar obligasi akan berangsur pulih dan akan mendorong transaksi nasabah terutama yang difasilitasi oleh perusahaan.
Dia menjelaskan, saat ini Mirae Asset Sekuritas Indonesia sudah menempati urutan keempat sekuritas terbesar untuk transaksi obligasi korporasi. Sementara di pasar obligasi negara menempati posisi delapan besar pada periode Juni-Juli 2022.
Terkait inflasi, Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana dalam acara yang sama menilai bahwa inflasi yang tinggi saat ini merupakan efek jangka panjang dari konflik Rusia-Ukraina.
Menurutnya, konflik Rusia-Ukraina berdampak panjang karena pasokan komoditas yang terhambat terutama dari sisi produksi dan distribusi seperti pada komoditas pangan seperti gandum serta migas.
Namun dia juga meyakini bahwa konflik Rusia-Ukraina saat ini berangsur membaik dan perlu dukungan dari AS untuk menghentikan pasokan senjata kepada Ukraina serta mendukung upaya negara ketiga seperti Indonesia, Turki, serta PBB.
“Prospek perkembangan akan semakin mendekati perdamaian konflik antara Rusia dan Ukraina jika kekhawatiran Rusia atas ancaman dari Amerika Serikat (AS) semakin berkurang dan Ukraina tidak lagi melakukan serangan baik kepada Rusia maupun secara internal kepada masyarakatnya,” katanya.