Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hasil RDG BI Besok Jadi Katalis Positif Pasar Saham

Hasilm RDG BI yang diperkirakan memertahankan suku bunga acuan menjadi katalis positif bagi pasar saham.
Hasilm RDG BI yang diperkirakan memertahankan suku bunga acuan menjadi katalis positif bagi pasar saham atau IHSG. Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Hasilm RDG BI yang diperkirakan memertahankan suku bunga acuan menjadi katalis positif bagi pasar saham atau IHSG. Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA - Pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) oleh Bank Indonesia (BI) disebut akan menjadi katalis positif bagi pasar saham atau IHSG.

Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan katalis positif muncul karena hal tersebut menunjukkan komitmen pemeritnah dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi Indonesia. Beberapa sektor yang disebut akan diuntungkan adalah perbankan, consumer good, dan otomotif.

"Menjadi katalis positif untuk pasar karena menunjukkan komitmen pemerintah dalam menjaga pertumbuhan ekonomi," ujar Wawan kepada Bisnis pada Senin (22/8/2022).

Beberapa saham yang direkomendasikan oleh Wawan adalah kalangan big cap seperti BBCA, BMRI, BBRI, ASII, dan ICBP.

Sebelumnya diberitakan, BI akan mengumumkan hasil RDG pada Selasa (23/8/2022). Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan BI masih akan mempertahankan suku bunga acuan di tingkat 3,5 persen pada RDG bulan ini.

“BI diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan BI7DRR di level 3,5 persen pada RDG bulan ini mempertimbangkan bahwa inflasi fundamental atau inflasi inti yang masih terkendali,” katanya kepada Bisnis, Senin (22/8/2022).

Dari dalam negeri, Josua mengatakan transaksi berjalan Indonesia yang mencatatkan surplus 1,1 persen terhadap PDB pada kuartal II/2022 juga diperkirakan akan tetap mendukung stabilitas rupiah.

Meski demikian, dia memperkirakan BI akan tetap mempertimbangkan untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 hingga 75 basis poin hingga akhir tahun.

“Ekspektasi tersebut sejalan dengan ekspektasi penurunan surplus transaksi berjalan pada semester II/2022,” kata Josua.

Dia menambahkan, kebijakan menaikkan suku bunga tersebut juga sebagai upaya untuk menjangkar ekspektasi inflasi yang disebabkan oleh kenaikan inflasi harga bergejolak (volatile food) dan inflasi harga yang diatur pemerintah (administered prices).


Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper