Bisnis.com, JAKARTA — PT Surya Citra Media Tbk. (SCMA), entitas Grup Emtek pengelola stasiun televisi SCTV dan Indosiar, membukukan pertumbuhan pendapatan pada semester I/2022 seiring dengan peningkatan pendapatan iklan.
VP Corporate Secretary SCMA Gilang Iskandar mengatakan kenaikan pendapatan selama semester I/2022 didukung oleh kembalinya konten-konten yang sempat hilang selama pandemi seperti BRI Liga 1.
“Ada pula non-time consuming ad units atau iklan di luar spot dalam bentuk Digital Brand Integration yang mampu mengintegrasikan iklan dan content yang menjadi driver growth kami,” kata Gilang dalam keterangan tertulis kepada Bisnis, Selasa (16/8/2022).
Sementara itu, melesatnya pendapatan lain-lain di luar iklan disebut Gilang datang dari talent management, Key Opinion Leader (KOL) atau influencer, event organizer, penjualan lisensi channel, dan konten.
SCMA mencatatkan pendapatan Rp3,16 triliun pada semester I/2022, naik 7,33 persen year on year (yoy) dari sebelumnya Rp2,95 triliun pada semester I/2021.
Pendapatan neto berasal dari pendapatan iklan Rp3,29 triliun, naik 2,68 persen dibandingkan dengan Rp3,20 triliun pada semester I/2021. Sementara itu, pendapatan lain-lain selama periode ini mencapai Rp504,89 miliar, 37,32 persen lebih tinggi daripada semester I/2021 sebesar Rp367,65 miliar. Namun, ada potongan penjualan Rp635,2 miliar.
Baca Juga
Selama periode semester I/2022, beban usaha SCMA tercatat naik menjadi Rp906,45 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp655,06 miliar. Kenaikan tersebut membuat laba usaha SCMA turun menjadi Rp785,72 miliar dari Rp966,04 miliar pada semester I/2021.
Turunnya laba usaha berimbas terhadap perolehan laba bersih. SCMA mencatatkan laba bersih Rp616,44 miliar per Juni 2022, turun 15,25 persen yoy dari sebelumnya Rp727,38 miliar. Laba per saham juga turun menjadi Rp9,75 dari Rp11,5 per saham.
Laporan Nielsen Ad Intel menunjukkan belanja iklan semester I/2022 naik 7 persen secara tahunan sehingga menembus Rp135 triliun berdasarkan gross rate card. Data mengungkapkan bahwa media televisi masih menjadi medium iklan yang mendominasi dengan porsi 79,2 persen dan tumbuh lebih dari 8 persen dengan nilai Rp107,5 triliun.
Iklan digital kemudian menyusul dengan porsi 15,2 persen dengan nilai Rp20,5 triliun. Namun, iklan melalui media cetak dan radio tercatat turun masing-masing 4,8 persen dan 0,3 persen.