Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Pantau Data Inflasi AS Hari Ini, Bursa Asia Melemah

Sejumlah indeks saham di Asia melemah karena investor menantikan rilis data inflasi AS hari ini.
Salah satu layar perdagangan di bursa saham China./Bloomberg
Salah satu layar perdagangan di bursa saham China./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia melemah siang ini menyuusl koreksi di bursa saham AS di tengah kehati-hatian investor menjelang rilis data inflasi hari ini.

Dilansir Bloomberg pada Rabu (10/8/2022), indeks Shanghai Composite melemah 0,47 persen pada pukul 12.14 WIB, karena pelaku pasar merespons data inflasi dan indeks produsen yang lebih lambat dari proyeksi ekonom.

Sementara itu, indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang masing-masing melemah 0,27 persen dan 0,73 persen. Adapun indeks Hang Seng terkoreksi 2,11 persen dan indeks Kospi Korea Selatan melemah 0,93 persen.

Kontrak berjangka AS berfluktuasi menyusul penurunan indeks S&P 500 dalam empat hari berturut-turut. Imbal hasil obligasi Treasury AS dan indeks dolar stabil, sedangkan minyak mentah diperdagangkan sekitar US$90 per barel.

Imbal hasil obligasi Treasury tenor dua tahun melebihi 10-tahun hampir 50 basis poin. Terbaliknya kurva imbal hasil ini dipandang sebagai tanda resesi yang menjulang di bawah kampanye pengetatan moneter The Fed untuk mengekang inflasi.

Sementara itu, analis memperkirakan inflasi AS akan melandai tetapi masih tetap tinggi pada bulan Juli, sedangkan inflasi inti diperkirakan meningkat secara tahunan. Bagaimana data inflasi memengaruhi pandangan tentang laju pengetatan the Fed akan menjadi kunci terhadap sentimen risiko.

Analis Commonwealth Bank of Australia Carol Kong mengatakan The Fed perlu memastikan inflasi bergerak kembali ke target secara berkelanjutan sebelum mempertimbangkan untuk menghentikan siklus pengetatannya.

"Hasil inflasi yang kuat hari ini kemungkinan akan memperkuat FOMC yang masih jauh dari titik itu, dan pasar akan menyesuaikan kembali ekspektasi mereka untuk suku bunga ," ungkap Kong seperti dikutip Bloomberg, Rabu (10/8/2022).

Presiden Federal Reserve Bank of St. Louis James Bullard mengatakan The Fed akan siap untuk mempertahankan suku bunga tetap tinggi lebih lama jika inflasi terus mengejutkan ke atas.

Di China, inflasi mencapai 2,7 persen pada Juli 2022, level tertinggi dalam dua tahun, tetapi meleset dari ekspektasi para ekonom. Indeks harga produsen naik 4,2 persen, di bawah proyeksi dan turun dari Juni.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper