Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terpantau menguat pada pembukaan perdagangan hari ini, Senin (25/7/2022), jelang FOMC pada 26-27 Juli 2022. Di sisi lain mata uang lain di kawasan Asia mayoritas terpantau bervariasi.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah terpantau dibuka menguat 29,00 poin atau 0,19 persen ke posisi Rp14.984,50 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau melemah 0,03 persen ke posisi 106,6970.
Selain rupiah, mata uang lain di kawasan Asia lain yang dibuka menguat diantaranya won Korea Selatan naik 0,24 persen, peso Filipina naik 0,12 persen, ringgit Malaysia naik 0,03 persen dan dolar Singapura naik 0,01 persen terhadap dolar AS.
Di sisi lain, yuan China terpantau melemah 0,08 persen, yen Jepang turun 0,03 persen, dan dolar Taiwan turun 0,00 persen terhadap dolar AS di pagi ini.
Sebelumnya, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam risetnya menyebutkan, pergerakan rupiah dipengaruhi oleh respon pasar terhadap Bank Indonesia yang mempertahankan suku bunga acuan sebesar 3,5 persen.
"Pasar menilai hal ini merupakan langkah yang tepat waktu, sasaran dan takaran dengan mengacu kepada tujuan utama yaitu menjaga stabilitas rupiah dan mengendalikan inflasi sesuai jangkar BI, ditambah untuk menjaga momentum pertumbuhan," jelasnya.
Baca Juga
Selanjutnya, stance kebijakan moneter BI yang masih dovish merupakan sebuah kebijakan yang cermat dan terukur di tengah tekanan eksternal yang kuat karena dampak geopolitik yaitu perang Rusia- Ukraina, disrupsi rantai pasokan global, risiko stagflasi, dan lonjakan inflasi dunia.
Namun, inflasi inti yang masih dalam jangkauan BI, cadangan devisa yang kuat dan terjadi surplus neraca dagang secara konsisten didukung harga komoditas ekspor yang tinggi, juga menjadi pertimbangan, untuk tidak mengubah orientasi moneternya yang dovish.
Ibrahim memproyeksikan mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.000 - Rp15.030.
Mengutip Bloomberg, Senin (25/7/2022), indeks acuan dolar naik, sementara harga minyak melayang di sekitar US$95 per barel dan Bitcoin melemah menuju US$22.000, mencerminkan suasana hati-hati di pasar secara umum.
Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan dia tidak melihat tanda-tanda bahwa ekonomi AS berada dalam resesi yang luas. Sementara Mantan Menteri Keuangan AS Lawrence Summers mengatakan kebijakan soft landing ekonomi sangat tidak mungkin.