Bisnis.com, JAKARTA - Emiten produsen kendaraan listrik PT Gaya Abadi Sempurna Tbk. (SLIS) absen bagi dividen pada 2022.
RUPST menyetujui penggunaan laba bersih tahun 2021 sebagai laba ditahan sebesar Rp24,94 miliar guna memperkuat modal. Nilai laba ditahan ini sebesar 98,8% dari total laba bersih perusahaan di 2021 sebesar Rp25,25 miliar.
Sementara itu, sisanya Rp300 juta akan dialokasikan untuk dana cadangan guna memenuhi ketentuan Pasal 70 juncto Pasal 71 Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Pasal 25 Anggaran Dasar Perseroan.
Direktur Utama SLIS Edi Hanafiah Kwanto mengatakan sepanjang tahun lalu di tengah tekanan pandemi Covid-19 yang menurunkan daya beli masyarakat, perseroan masih mampu meraih laba bersih Rp25,25 miliar. Jumlah itu turun 4,7 persen dari laba bersih 2020 sebesar Rp26,50 miliar.
Sementara itu, laba bersih Perseroan tercatat sebesar Rp 25,18 miliar, dari tahun sebelumnya Rp 26,47 miliar. Sedangkan penjualan berhasil naik 8,87% menjadi Rp 448,36 miliar dari tahun sebelumnya Rp 411,80 miliar.
“Tahun lalu, realisasi penjualan sedikit di bawah target seiring dengan belum pulihnya daya beli masyarakat akibat pandemi. Namun di tengah dinamika ekonomi dan prospek kendaraan listrik, kami berupaya menghasilkan kinerja terbaik melalui strategi yang inovatif dan berkesinambungan,” kata Edi di Jakarta, Jumat (22/7/2022).
Baca Juga
Sementara itu, Direktur Keuangan SELIS Wilson Ng mengungkapkan perseroan mampu meraih kinerja positif di kuartal I-2022 dengan penjualan naik 3,35 persen menjadi Rp108,30 miliar dari kuartal I-2021 senilai Rp 104,79 miliar.
Laba bersih pun mencapai Rp6,83 miliar, naik 6,4 persen dari sebelumnya Rp 6,42 miliar. “Pendapatan terbesar dari pendapatan komponen elektronik sebesar Rp64,86 miliar dan penjualan sepeda listrik yang melesat 46,31 persen menjadi Rp 43,44 miliar dari sebelumnya Rp 29,69 miliar,” kata Wilson.
Adapun untuk strategi tahun ini, SELIS akan fokus melakukan publikasi dan penjualan, baik melalui media sosial dan e-commerce, maupun lewat kanal distribusi offline seperti pasar modern dan tradisional, hingga penjualan dengan skema business to consumer (B2C) dan business to government (B2G).