Bisnis.com, JAKARTA — Keputusan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga acuan dinilai telah sesuai dengan ekspektasi pasar saham. Langkah tersebut sejalan dengan pertimbangan kondisi pemulihan ekonomi nasional yang berlanjut.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengemukakan sebagian pelaku pasar tetap mengharapkan kenaikan suku bunga, tetapi kondisi ekonomi yang cenderung stabil di tengah tren inflasi global lebih dipandang sebagai dasar kuat untuk tidak menaikkan suku bunga acuan saat ini.
“Sejauh ini memang kebijakan sudah sesuai prediksi pasar. Pasar mungkin menginginkan lebih, tetapi tidak selamanya bisa diikuti Bank Indonesia. Bank sentral harus memilih untuk menjaga stabilitas pemulihan ekonomi nasional,” katanya, Kamis (21/7/2022).
Keputusan BI untuk mempertahankan tingkat suku bunga diikuti dengan pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 0,15 persen ke level 6.864,13. IHSG bergerak di rentang 6.809,71 dan tertinggi 6.893,37.
Analis BRI Danareksa Sekuritas Helmy Kristanto dalam risetnya telah memperkirakan bahwa Bank Indonesia akan mempertahankan posisi mendukung pemulihan ekonomi dalam menetapkan kebijakan tingkat suku bunga, terlepas dari tren inflasi domestik yang meningkat.
Helmy menyebutkan kenaikan inflasi setidaknya akan berlanjut hingga September 2022, didorong oleh aktivitas ekonomi yang meningkat dan kenaikan harga jual rata-rata karena naiknya biaya produksi. Inflasi inti diperkirakan akan menunjukkan tren serupa dengan skenario perkiraan Bank Indonesia.
Baca Juga
“Meski demikian, Bank Indonesia masih memiliki ruang untuk menjalankan kebijakan pro pertumbuhan ekonominya dengan mempertahankan suku bunga. Dampak jangka pendek pada rupiah mungkin terjadi dan akan memicu intervensi moneter untuk mengurangi volatilitas rupiah," jelasnya.
Perbedaan suku bunga yang meningkat tetap menjadi risiko eksogen jangka pendek, terutama dengan rupiah bergerak ke utara dari level Rp15.000 per dolar AS. Operasi moneter yang lebih kuat akan menjadi kunci dalam mengurangi volatilitas mata uang.
Di tengah risiko ketidakpastian dan sentimen pasar pada kebijakan makro Indonesia, BRI Danareksa Sekuritas memberikan rekomendasi pada sektor-sektor yang membukukan profitabilitas solid seperti bank karena permintaan kredit yang terjaga, batu bara karena margin dan ekspansi yang solid di tengah harga yang masih tinggi, unggas karena harga jual ayam yang lebih tinggi, dan sektor telekomunikasi seiring dengan menguatnya segmen mobile.
Beberapa saham pilihan utama BRI Danareksa Sekuritas adalah BMRI, EXCL, JSMR, PTBA, dan JPFA.
Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 20 dan 21 Juli 2022 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,50 persen, suku bunga deposit facility sebesar 2,75 persen, dan suku bunga lending facility sebesar 4,25 persen.
Menurut BI, keputusan ini konsisten dengan inflasi inti yang masih terjaga di tengah risiko dampak perlambatan ekonomi global terhadap ekonomi di dalam negeri.