Bisnis.com, JAKARTA - Direktur utama sekaligus pendiri PT Mora Telematika Indonesia Tbk. (MORA) atau Moratelindo Galumbang Menak memiliki jam terbang yang cukup lama di dunia telekomunikasi.
Mengutip laman resmi Moratelindo, Kamis (14/7/2022) Galumbang diangkat menjadi direktur utama perseroan pada 2001.
Berdasarkan penelusuran Bisnis, lelaki kelahiran Tarutung, Sumatra Utara yang bernama lengkap Galumbang Menak Simanjuntak ini mengawali karirnya di Telkom setelah lulus dari Fakultas Teknik Universitas Indonesia pada 1992.
Dirinya juga sempat bekerja di Grup Rajawali, tepatnya di perusahaan penyedia layanan telekomunikasi PT Excelcomindo Pratama (XL) periode 1996 hingga 2000.
Galumbang merupakan pencetus Voice over IP (VoIP), yakni jasa telepon internasional dengan harga terjangkau. Gagasannya terpantik dari kebutuhan para TKI yang ingin berkomunikasi dengan keluarganya di Tanah Air.
Sejak 2016, nama Galumbang cukup populer berkat proyek Palapa Ring paket timur dan barat yang dikerjakannya, yakni pemasangan kabel serat optik sepanjang 8.300 kilometer.
Baca Juga
Pria berumur 56 tahun ini memiliki ketertarikan dan passion yang tinggi di bidang infrastruktur telekomunikasi. Dia berprinsip industri telekomunikasi tidak boleh dikuasai oleh asing, melainkan anak bangsa yang harus berperan lebih aktif.
Di bawah kepemimpinannya, Moratelindo menjadi perusahaan Indonesia pertama yang memiliki kemampuan instalasi jaringan serat optik di Orchard Road, Singapura.
Saat ini, Galumbang aktif sebagai Ketua Dewan Pengawas Asosiasi Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi (Apjatel) periode 2021-2024.
Rencananya, Moratelindo akan melakukan penawaran umum perdana saham (IPO) dengan menawarkan maksimal 2,6 miliar saham. Selama masa bookbuilding ini, IPO Moratelindo ditawarkan pada kisaran harga Rp368 hingga Rp396 per saham.
Galumbang mengatakan, dana IPO digunakan untuk memperkuat struktur permodalan perseroan dan meningkatkan ekspansi bisnis ke depan.
Rinciannya, sebanyak 85 persen dana IPO akan digunakan untuk investasi, termasuk ekspansi jaringan backbone, upgrade kapasitas, lastmile, dan infrastruktur pasif, sedangkan 15 persen sisanya untuk modal kerja dan kegiatan perseroan lainnya.