Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Pertahankan Suku Bunga BI7DRR, Analis: Pasar Apresiasi Langkah Bank Sentral

Analis mengatakan pelaku pasar mengapresiasi langkah Bank Indonesia yang mempertahankan suku bunga BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di 3,5 persen.
Pelaku pasar mengapresiasi langkah Bank Indonesia yang mempertahankan suku bunga BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di 3,5 persen.
Pelaku pasar mengapresiasi langkah Bank Indonesia yang mempertahankan suku bunga BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di 3,5 persen.

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7 Days Reverse Repo Rate (BI7DRRR) pada 3,50 persen. Analis menyebut, pasar mengapresiasi langkah BI untuk mempertahankan suku bunga acuan ini.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas M Nafan Aji Gusta mengatakan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat setelah pengumuman Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI hari ini yang memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan.

"Saya pikir keputusan BI mempertahankan suku bunga acuan di level 3,50 persen ini patut kita syukuri bersama, karena BI masih berkomitmen mendukung stabilitas dan pertumbuhan," ucap Nafan, dihubungi Kamis (23/6/2022).

Sebagai informasi, sesaat setelah keputusan RDG BI dibacakan, IHSG naik ke zona hijau setelah mengalami depresiasi sejak pembukaan perdagangan hari ini, Kamis (23/6/2022). IHSG ditutup di level 6.998 atau meningkat 0,20 persen hari ini.

Dengan momentum pertumbuhan atau pemulihan ekonomi indonesia yang terus membaik, lanjut Nafan, investor akan mengamati emiten yang memiliki prospek yang positif dan juga berfundamental baik.

Menurutnya, ada beberapa sektor yang overweight atau mengalami kenaikan melebihi sektor lainnya saat BI mempertahankan suku bunga. Sektor tersebut adalah tambang metal, batu bara, CPO, ritel, dan konstruksi.

Nafan menjelaskan, keputusan BI mempertahankan suku bunga menurutnya baik untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia. Akan tetapi, di sisi lain, kinerja rupiah dapat mengalami depresiasi terhadap dolar AS.

"Emiten berbasis ekspor, misalnya dari sektor tambang metal, batu bara, yang mendukung kinerja ekspor non-migas unggulan Indonesia, akan diuntungkan dari adanya dinamika pengetatan moneter yang dijalankan bank sentral berbagai negara di dunia," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper