Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Bitcoin Dinilai Undervalue, Saatnya Investor Serok Bawah?

Saat harga Bitcoin memasuki zona hijau, maka pasar kemungkinan akan mulai menuju awal dari periode keheningan (silence period).
Ilustrasi Mata Uang Kripto Bitcoin/Antara
Ilustrasi Mata Uang Kripto Bitcoin/Antara

Bisnis.com, JAKARTA – Koreksi yang terjadi pada Bitcoin dan pasar kripto membuat harga aset ini menjadi undervalue. Posisi ini dinilai menjadi waktu yang tepat bagi investor untuk masuk kembali sebelum harga kembali reli.

Mengutip data CoinMarketCap, Selasa (21/6/2022) pukul 14.45 WIB Bitcoin terkerek 5,83 persen ke posisi harga US$21.131. Sebelumnya pada Minggu, (19/6/2022) bitcoin sempat terperosok ke US$17.772 yang merupakan titik terdalamnya dalam sepekan.

Research Analyst Zipmex Indonesia Fahmi Almuttaqin dalam keterangan resminya menjelaskan, harga aset Bitcoin yang kini terkoreksi di kisaran US$20.000 telah mulai memasuki area undervalue. Mengacu pada grafik MVRV Z-Score, menurutnya harga Bitcoin saat ini mulai memasuki zona hijau.

Sebagai catatan, grafik MVRV Z-Score merupakan sebuah grafik yang menunjukkan apakah harga Bitcoin saat ini berada di atas atau di bawah valuasi nilai wajarnya.

Berdasarkan data historikal, Fahmi mengatakan saat harga Bitcoin memasuki zona hijau, maka pasar kemungkinan akan mulai menuju awal dari periode keheningan (silence period).

“Periode ini merupakan waktu yang cocok bagi investor untuk bertahan meninjau arah pasar dan bersabar menunggu kembalinya siklus bull,” katanya.

Ia melanjutkan, saat ini pasar aset digital terpantau masih mengalami tren penurunan dalam sepekan terakhir. Kondisi ini diakibatkan oleh beberapa faktor internal dan eksternal yang turut mempengaruhi sikap dan sentimen investor.

Dari faktor eksternal, keputusan bank sentral Amerika Serikat The Fed yang menaikkan suku bunga sebesar 0,75 persen mendorong sebagian besar investor untuk menjual aset kriptonya dan beralih ke instrumen yang lebih konservatif. Sehingga, aset kripto mengalami koreksi akibat rendahnya permintaan di pasar.

“Sementara itu, dari sisi faktor internal, isu yang terjadi pada stablecoin TerraUSD telah mengakibatkan efek domino merosotnya nilai aset kripto secara keseluruhan,” jelasnya.

Ia melanjutkan, penurunan harga aset kripto tidak hanya memengaruhi investor ritel. Celsius, salah satu platform pengelolaan aset digital terbesar di dunia, membekukan fitur pencairan dana untuk menjaga likuiditas perusahaan sejak minggu lalu.

Isu insolvensi juga kini menimpa Three Arrows Capital (3AC), institusi hedge fund yang dilaporkan pernah berinvestasi sebesar US$200 juta pada Luna. Perusahaan yang didirikan pada tahun 2012 oleh Su Zhu dan Kyle Davies diketahui memiliki dana kelolaan sebesar US$3 miliar per April 2022

Perusahaan tersebut diduga menggunakan dana milik partner bisnis yang mereka simpan dan mengambil pinjaman untuk menyelamatkan posisi investasi perusahaan di instrumen derivatif yang terancam terkena likuidasi akibat koreksi harga bitcoin yang cukup signifikan minggu lalu. Perusahaan kini tengah mengeksplorasi langkah penjualan aset untuk mengembalikan dana-dana tersebut.

“Ketika dua pemain kripto besar berskala global mengalami masalah likuiditas dalam waktu yang berdekatan, ditambah dengan kondisi ekonomi global yang masih dipenuhi ketidakpastian, tentunya hal ini turut memengaruhi psikologis serta risk appetite investor dengan aset kelolaan mereka,” jelas Fahmi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper