Bisnis.com, JAKARTA – Imbal hasil (yield) Surat Utang Negara (SUN) Indonesia diprediksi akan terus menanjak di tengah beragam sentimen bearish di pasar modal.
Ekonom CORE Indonesia Yusuf Rendy Manilet menjelaskan, kenaikan suku bunga The Fed berpeluang meningkatkan imbal hasil SUN tenor 10 tahun.
Kenaikan tersebut pada umumnya akan diikuti dengan kenaikan tenor yang lain. Di sisi lain, pasar obligasi swasta akan menyesuaikan imbal hasil mereka untuk bersaing dengan obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah.
“Alhasil, dampak lain dari kenaikan SUN tenor 10 tahun adalah meningkatnya imbal hasil dari pasar obligasi swasta,” jelasnya.
Yusuf melanjutkan, peluang berlanjutnya kenaikan yield SUN Indonesia masih cukup terbuka sepanjang tahun ini. Ia memprediksi yield SUN seri acuan 10 tahun akan bergerak pada kisaran 7,3 persen - 7,6 persen hingga akhir 2022.
Menurutnya, selain faktor kondisi perekonomian global yang tengah menuju ke ketidakpastian, sentimen krisis geopolitik antara Rusia dan Ukraina juga turut menambah fluktuasi pasar global dan domestik.
Baca Juga
“Dengan ketidakpastiannya meningkat, maka risiko investasi mengalami kenaikan dan umumnya ketika risiko investasi mengalami kenaikan imbal hasil yang diinginkan oleh investor menjadi lebih tinggi,” paparnya
Ia menambahkan, sentimen lain yang akan menjadi perhatian pelaku pasar selain makroekonomi global adalah kelanjutan pandemi Covid 19 di beberapa negara. Meskipun banyak negara yang sudah melakukan transisi dari pandemi menjadi endemi, namun kasus harian dari beberapa negara tersebut masih relatif tinggi.
“Sentimen ini menurut saya masih berpeluang akan mempengaruhi atau merusak proyeksi pemulihan ekonomi terutama di sisa akhir tahun ini, yang turut berdampak pada pasar obligasi,” tutupnya.
Data dari World Government Bonds pada Selasa (14/6/2022) mencatat, tingkat imbal hasil SUN Indonesia telah menembus level 7,55 persen. Selama sepekan terakhir, yield SUN Indonesia telah melemah sebesar 52,7 basis poin.
Sementara itu, level credit default swap (CDS) 5 tahun Indonesia per hari ini ada di level 134,59. Posisi tersebut mengindikasikan probabilitas default atau gagal bayar sebesar 2,24 persen.
Level CDS 5 tahun Indonesia terpantau melemah sebesar 29,11 persen selama sepekan terakhir.
Kenaikan ini terjadi jelang pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) The Fed pada 14 – 15 Juni waktu AS. Pelaku pasar memprediksi terjadinya kenaikan suku bunga signifikan guna mengatasi dampak inflasi AS yang melonjak ke level tertinggi dalam 40 tahun.