Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Ditutup Perkasa Meski Dolar AS Menguat

Rupiah ditutup menguat 0,09 poin atau 13,5 persen ke Rp14.553 per dolar AS di tengah pelemahan mata uang Asia.
Uang dolar dan rupiah di salah satu money changer di Jakarta. Rupiah ditutup menguat 0,09 poin atau 13,5 persen ke Rp14.553 per dolar AS di tengah pelemahan mata uang Asia. Bisnis/Himawan L Nugraha
Uang dolar dan rupiah di salah satu money changer di Jakarta. Rupiah ditutup menguat 0,09 poin atau 13,5 persen ke Rp14.553 per dolar AS di tengah pelemahan mata uang Asia. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah ditutup menguat di tengah penguatan indeks dolar pada perdagangan akhir pekan, Jumat (10/6/2022).

Berdasarkan data Bloomberg, pada Jumat (10/6/2022) pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup menguat 0,09 poin atau 13,5 persen ke Rp14.553 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau menguat 0,06 persen ke 103,28.

Bersama dengan rupiah, ada yuan China yang menguat 0,01 persen, dolar Singapura menguat 0,20 persen, dan yen Jepang menguat 0,48 persen. Namun, mayoritas mata uang Asia mengalami pelemahan.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menyebutkan dolar AS berada di level tertinggi dua minggu terhadap euro pada Jumat, menjelang data inflasi yang akan memandu jalur pengetatan kebijakan Federal Reserve, dan setelah Bank Sentral Eropa mengatakan akan memulai kampanye kenaikan suku bunga bulan depan.

Pertumbuhan harga konsumen inti AS sebagian kecil diperkirakan akan mendingin, data di hari global akan ditampilkan nanti. Hasil seperti itu akan memberikan kepastian bagi mereka yang berharap inflasi tinggi selama beberapa dekade telah mencapai puncaknya pada Maret dan bahwa kemunduran pada April bukanlah satu kali saja.

"Hal ini dapat memberi The Fed ruang gerak untuk menaikkan suku bunga secara kurang agresif di akhir tahun karena mencoba mengendalikan inflasi tanpa membawa ekonomi ke dalam resesi," ungkapnya dalam riset harian, Jumat (10/6/2022).

Dalam waktu dekat, pasar juga memperkirakan The Fed pekan depan akan mengumumkan kenaikan suku bunga 50 basis poin kedua dari tiga kali berturut-turut, yang telah mendorong dolar dalam beberapa bulan terakhir.

Para analis mengatakan indeks tampaknya akan menetap di kisaran 101 hingga 105, dengan ruang untuk menguji batas yang lebih tinggi jika data IHK AS dan pertemuan Fed minggu depan menggarisbawahi potensi imbal hasil AS yang lebih tinggi.

Dari sisi internal, Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN/ Bappenas) menilai perekonomian Indonesia perlu tumbuh 5,7 persen per tahun agar Indonesia dapat menjadi negara maju pada 2045, sebelum 100 tahun kemerdekaan.

"Hasil exercise kami menunjukkan apabila sepanjang 2022 sampai 2045 kita bisa tumbuh berkisar 5,7 persen, kita bisa mencapai negara berpendapatan tinggi di 2043," mengutip Deputi Bidang Ekonomi Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti.

Untuk itu, pemerintah memandang Indonesia memerlukan proses pengembangan industri pengolahan dengan memanfaatkan inovasi dan teknologi.

Pada 2021 saja industri pengolahan yang tumbuh 3,39 persen year on year (yoy) menjadi penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi yakni mencapai 0,70 dari total pertumbuhan ekonomi sepanjang 2021 yang sebesar 3,69 persen.

"Diperlukan ekosistem dengan regulasi yang kondusif, kesempatan berusaha untuk terus tumbuh dan berkembang, ketersediaan sumber daya yang mencukupi, dukungan investasi dan usaha yang sehat, serta tentunya ketersediaan sumber daya manusia industri atau talent," ungkapnya.

Adapun, sebelum pandemi Covid-19, Bappenas memperkirakan Indonesia bisa keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah di 2036 dengan pertumbuhan ekonomi setidaknya 5,7 persen per tahun sejak 2015.

Hanya saja target Indonesia menjadi negara berpendapatan tinggi pada 2036 harus tertunda karena penyebaran pandemi covid-19 yang menyebabkan ekonomi terkontraksi pada 2020.

Untuk perdagangan awal pekan depan, Ibrahim memperkirakan mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp14.540 - Rp14.600.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Hafiyyan
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper