Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah ditutup melemah ke posisi Rp16.238 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan awal pekan ini, Senin (30/6/2025).
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah mengakhiri perdagangan hari ini dengan melemah 0,27% atau 43,5 poin ke level Rp16.238 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar AS terpantau turun 0,19% ke posisi 97,21.
Sama seperti rupiah, dolar Taiwan melemah 0,61% dan rupee India melemah 0,16%. Sementara, sejumlah mata uang di Asia lainnya menguat.
Yen Jepang misalnya menguat 0,37%, dolar Singapura menguat 0,08%, won Korea Selatan menguat 0,51%, peso Filipina menguat 0,39%, dan yuan China menguat 0,11%.
Pengamat forex Ibrahim Assuaibi mengatakan terdapat sejumlah sentimen yang memengaruhi pergerakan rupiah hari ini. Dari luar negeri, Gedung Putih mengumumkan bahwa AS dan China telah secara resmi menandatangani perjanjian perdagangan serta secara efektif mengakhiri perang dagang yang sedang berlangsung.
Mengenai geopolitik, Iran telah menunjukkan tanda-tanda fleksibilitas, condong ke arah diplomasi, karena perwakilannya di PBB mengatakan bahwa Teheran terbuka untuk membentuk konsorsium nuklir regional jika terjadi kesepakatan dengan Washington.
Baca Juga
Sementara itu, pengukur inflasi pilihan The Fed, Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Personal atau PCE inti pada Mei 2025 dirilis sejalan dengan perkiraan. PCE inti pada Mei 2025 naik sebesar 2,7% secara tahunan (year on year/yoy), lebih tinggi dibanding estimasi dan data per April 2025. Fokus pasar pekan ini juga tertuju ke data ketenagakerjaan utama AS yang akan dirilis.
Dari dalam negeri, tingkat inflasi di Indonesia pada Juni 2025 diperkirakan akan berada pada kisaran 2,2% yoy.
Untuk perdagakan besok, Selasa (1/7/2025), mata uang rupiah diproyeksikan bergerak fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp16.170 - Rp16.240 per dolar AS.