Bisnis.com, JAKARTA — Emiten pertambangan PT Harum Energy Tbk. (HRUM) membuka peluang untuk menjajaki bisnis hilir nikel, termasuk pengembangan mobil listrik, di tengah langkah perseroan berekspansi ke komoditas ini.
Direktur Utama Harum Energy Ray A. Gunara mengatakan sejauh ini perseroan tidak menutup kemungkinan menjajaki semua peluang pengembangan bisnis ke energi baru, baik di sektor hulu maupun hilir.
“Sejauh ini yang sudah dilakukan Harum Energy adalah investasi di sektor hulu dan midstream dan ini sesuai kemampuan usaha dan latar belakang perseroan,” kata Ray dalam paparan publik perseroan, Senin (6/6/2022).
Ekspansi HRUM ke bisnis nikel telah dimulai sejak semester II/2020 lewat pembelian 4,7 persen kepemilikan saham Nickel Mines Limited (NIC) senilai US$53,5 juta melalui anak usahanya PT Tanito Harum Nickel (THN). Perseroan kemudian membeli 51 persen kepemilikan saham PT Position senilai US$80,3 juta pada Januari 2021 dan 24,5 persen kepemilikan saham PT Infei Metal Industry (IMI) senilai US$68,6 juta.
Harum Energy kemudian menaikkan kepemilikan saham di IMI menjadi 49,0 persen senilai US$27,4 juta pada Desember 2021. IMI tercatat mulai produksi secara komersial pada Mei 2022.
“Namun tidak menutup kemungkinan kami akan terus menjajaki pengembangan bisnis kendaraan listrik sebagai bagian dari diversifikasi bisnis perseroan ke ekosistem yang baru,” lanjutnya.
Baca Juga
Harum Energy tercatat mengalokasikan belanja modal atau capex sebesar US$25 juta tahun ini. Ray menjelaskan sekitar 45 persen dari capex akan digunakan untuk pengembangan bisnis nikel, terutama untuk pembiayaan tahap konstruksi tambang di PT Position (POS).
Adapun sisa alokasi capex 2022 akan digunakan untuk bisnis batu bara, seiring dengan target kenaikan produksi sebesar 35 persen yang ditetapkan perusahaan untuk 2022. Tahun lalu, produksi batu bara HRUM mencapai 3,5 juta ton dan diharapkan dapat meningkat menjadi 4,5 juta ton sampai 5 juta ton tahun ini.