Bisnis.com, JAKARTA —Emiten produsen rokok PT Indonesian Tobacco Tbk. (ITIC) menargetkan pertumbuhan kinerja hingga 20 persen pada 2022, didorong oleh kondisi perekonomian yang membaik dan prospek tren konsumsi rokok yang bergeser akibat penyesuaian tarif cukai.
Penjualan ITIC tercatat naik 6,3 persen YoY, dari Rp224,29 miliar pada 2020 menjadi Rp238,39 miliar. Perseroan juga mampu membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp18,36 miliar, naik 3 kali lipat dibandingkan dengan laba 2020 sebesar Rp6,12 miliar meskipun terdapat kenaikan beban pokok pendapatan.
Direktur Utama ITIC Djonny Saksono optimistis target kenaikan dua digit tahun ini bisa terealisasi, mengingat kenaikan pendapatan di kuartal I/2022 hampir menyentuh 30 persen dibandingkan dengan kinerja kuartal I/2021.
“Pada kuartal I/2022 kami sudah membukukan kenaikan 29,9 persen YoY dari sisi pendapatan. Dengan ini kami optimistis 2022 bisa kami tutup lebih baik daripada 2021. Mudah-mudahan target kami naik 15—20 persen bisa dicapai dan bisa lebih dari itu. Dari sisi top line maupun bottom line, kami upayakan meningkat,” kata Djonny dalam paparan publik, Jumat (3/6/2022).
Djonny berpandangan pasar produk tembakau dan rokok tahun ini lebih baik dibandingkan dengan 2021 karena aktivitas ekonomi yang meningkat. Penyesuaian tarif cukai juga dia sebut berdampak positif bagi rokok segmen menengah ke bawah karena berpotensi menarik lebih banyak konsumen yang beralih ke produk alternatif dengan harga yang lebih terjangkau.
“Ada penyesuaian tarif cukai dan ini memberi dampak positif pada usaha kami karena terjadi downshifting dari rokok harga mahal ke rokok tembakau yang lebih murah karena kami memasarkan di spektrum yang bawah,” paparnya.
Kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 11 persen juga diyakini tidak berdampak signifikan ke target pendapatan ITIC. Meski demikian, perusahaan telah berencana untuk menerapkan penyesuaian harga jual pada bulan ini atau bulan depan sebagai antisipasi untuk menjaga kinerja keuangan yang tetap stabil di tengah risiko inflasi.
Tahun ini, ITIC mengalokasikan belanja modal atau capex sampai Rp25 miliar yang akan digunakan untuk peremajaan mesin dan renovasi gedung serta bangunan. Djonny mengatakan realisasi belanja modal sampai Mei 2022 sempat terkendala karena perkembangan varian omicron dan ketidakpastian pasar, tetapi tren penurunan kasus Covid-19 dalam beberapa bulan terakhir menjadi pendorong bagi perseroan untuk menggenjot belanja.
“Sampai Mei ini jujur saja baru kami mulai spending-nya karena pandemi membuat realisasi tertunda. Kami akan percepat belanjanya,” kata dia.
Adapun sepanjang kuartal I/2022, ITIC membukukan pendapatan bersih sebesar Rp59,5 miliar, meningkat 29,9 persen dibandingkan dengan kuartal I/2021 sebesar Rp45,8 miliar.
Kenaikan ini juga diiringi dengan peningkatan EBITDA yang dibukukan sebesar Rp11,6 miliar pada kuartal I/2022, meningkat sebesar 17,2 persen dibandingkan dengan kuartal I/2021 sebesar Rp9,9 miliar.
ITIC tercatat meraup profitabilitas dengan mencatatkan laba bersih Rp3,8 miliar, meningkat 94,4 persen dibandingkan Rp1,9 milyar yang dicatatkan pada periode yang sama di tahun lalu.
Perseroan melaporkan tetap mempertahankan posisi pangsa pasar yang kuat di wilayah Papua, Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara, dan terus memanfaatkan potensi peluang pasar baru di Sumatra.