Bisnis.com, JAKARTA – Analis melihat prospek obligasi korporasi makin membaik didukung dengan sentimen domestik yang positif. Ditambah lagi, tekanan global yang saat ini dinilai mulai mereda.
Head of Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengungkapkan kestabilan sentimen global terlihat dari imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun dalam sepekan terakhir semakin menguat jika dibandingkan saat The Fed menaikkan suku bunga.
Selain itu, dia juga menyampaikan bahwa imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun beberapa waktu ini juga sudah mulai stabil.
Berdasarkan data dari World Government Bonds pada Senin (30/5/2022), tingkat imbal hasil SUN Indonesia saat ini berada di level 7,16 persen. Di mana selama seminggu terakhir telah mengalami penguatan sehingga turun sebesar 13,7 basis poin (bp).
Meski dalam sebulan terakhir masih tercatat melemah sebesar 16,4 bp. Sementara pada 11 Mei 2022, imbal hasil atau yield SUN Indonesia tenor 10 tahun pernah menyentuh level tertingginya sepanjang tahun dengan melemah ke di level 7,52 persen.
Di sisi lain, yield US Treasury tenor 10 tahun di hari ini sudah berada di level 2,74 persen yang telah turun 11,8 bp dalam seminggu kebelakang. Pada 6 Mei 2022, yield US Treasury tenor 10 tahun sempat menyentuh level tertinggi sepanjang tahun yaitu 3,14 persen.
Meredanya sentimen global ini, ungkap Ramdhan memang belum membuat investor asing masuk pada pasar obligasi di Indonesia. Namun dengan semakin stabilnya kondisi global, menurutnya membuat kepercayaan diri investor domestik semakin membaik.
Kepercayaan investor di dalam negeri ungkapnya bisa dilihat dari hasil lelang pekan lalu yang mengalami peningkatan, begitu juga dengan secondary market yang mulai menggeliat.
“Kalau kita lihat imbal hasil suku bunga saat ini mulai mengecil atau paling tidak merangkak naik, dan itu positif juga bagi korporasi,” jelas Ramdhan kepada Bisnis, Senin (30/5/2022).
Hal tersebut dikarenakan setelah pandemi Covid-19, saat ini perekonomian sudah mulai tumbuh yang membuat industri di Tanah Air mulai bergerak. Melalui pertumbuhan tersebut, Ramdhan mengatakan emiten maupun perusahaan saat ini memikirkan untuk melakukan ekspansi bisnisnya.
Di mana pembiayaan untuk ekspansi bisnis tersebut bisa berasal dari perbankan, pasar saham dan juga termasuk dari pasar obligasi.
Mulai menggeliatnya perdagangan obligasi korporasi ini juga terlihat dari data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per April 2022 yang telah mencatatkan outstanding sebesar Rp452,06 triliun.
Capaian tersebut tercatat lebih tinggi dari pada capaian tahun 2021 sebesar Rp430,34 triliun dan 2020 sebesar Rp425,71 triliun. Bahkan jika dibandingkan dengan sebelum pandemi di tahun 2019 yaitu sebesar Rp445,10 triliun.
Ramdhan pun memperkirakan seluruh sektor bahkan yang sebelumnya sempat terpuruk karena pandemi Covid-19, di tahun ini seluruh industri rata-rata akan tumbuh.
Tinggal untuk penerbitan obligasi korporasi, Ramdhan mengingatkan investor untuk memperhatikan rating dari masing-masing obligasi dan juga historikal dari emiten masing-masing perseroan sebelum menempatkan dananya.
“Kalau kita bicara obligasi korporasi ini kan nanti ada rating dan akhirnya mempunyai tingkat risiko yang berbeda. Dan investor akan bisa melihat berdasarkan rating tersebut,” ungkapnya.