Bisnis.com, JAKARTA – Emiten teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) mencatatkan kinerja di bawah ekspektasi analis seiring dengan bertambahnya rugi pada 2021.
Mengutip konsensus analis Bloomberg, pada 2021, GOTO diharapkan membukukan pendapatan Rp5,36 triliun dengan laba bruto Rp1,31 triliun. Rugi bersih pada 2021 diprediksi sebesar Rp17,52 triliun.
Namun demikian, realisasi kinerja GOTO di bawah proyeksi konsensus analis. Raihan pendapatan di bawah estimasi, sedangkan rugi bersih lebih besar dari prediksi analis.
Berdasarkan laporan keuangan hingga 31 Desember 2021, yang dikutip Senin (30/5/2022), emiten berkode GOTO ini mencatatkan pendapatan bersih Rp4,53 triliun naik 36,3 persen.
Pertumbuhan pendapatan bersih tersebut diiringi dengan kenaikan tajam beban-beban perseroan, sehingga posisi bottom line GOTO mencatatkan rugi diatribusikan kepada pemilik entitas induk atau rugi bersih menjadi Rp21,39 triliun pada 2021. Rugi bersih itu meningkat sebesar 50,54 persen dibandingkan dengan rugi bersih Rp14,2 triliun pada 2020.
Merinci beban-beban perseroan yang meningkat, beban pokok pendapatan naik 54,84 persen menjadi Rp3,77 triliun dari Rp2,43 triliun pada 2020. Sementara, beban penjualan dan pemasaran meningkat tajam 250,64 persen dari Rp2,54 triliun menjadi Rp8,93 triliun.
Baca Juga
Beban umum dan administrasi juga melesat menjadi Rp7,78 triliun dibandingkan dengan Rp3,91 triliun pada 2020. Beban pengembangan produk meningkat menjadi Rp2,49 triliun dari Rp2,03 triliun.
Beban penyusutan dan amortisasi juga meningkat 93,82 persen menjadi Rp2,41 triliun, sedangkan beban operasional dan pendukung naik 15,51 persen menjadi Rp1,51 triliun.
Rugi sebelum pajak penghasilan bahkan melesat menjadi Rp22,21 triliun per 2021 dari Rp16,78 triliun pada 2020.
Sebagai catatan, kinerja keuangan GOTO pada 2020 masih hanya mencantumkan kinerja PT Aplikasi Karya Anak Bangsa atau pengelola Gojek saja. Sementara itu, pada 2021, perseroan sudah merger dengan PT Tokopedia dan membentuk GOTO.
Adapun, jumlah aset GOTO naik signifikan 4,15 kali lipat dari Rp30,1 triliun per 31 Desember 2020 menjadi Rp155,13 triliun pada akhir 2021.
Sementara itu, jumlah liabilitas perseroan juga meningkat 73,07 persen menjadi Rp16,11 triliun pada akhir 2021 dari Rp9,3 triliun pada akhir 2020.