Bisnis.com, JAKARTA - Saham emiten teknologi PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) diangggap propektif seiring dengan pencatatan pertumbuhan pendapatan di kuartal I/2022 sebesar Rp788 miliar dengan laba bersih sebesar Rp15,5 triliun.
Baca Juga
Laba bersih tersebut datang dari pengakuan keuntungan investasi pada PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI) sebesar Rp15,5 triliun.
Analis Samuel Sekuritas Muhammad Farras Farhan dalam risetnya menyebut, jika keuntungan dari BBHI tidak diperhitungkan, maka BUKA mencetak kerugian EBITDA Rp360 miliar di kuartal I/2022.
"Kami melihat pencapaian top-line ini menandakan awal dari kesuksesan perubahan bisnis model BUKA menjadi storefront model yang berpotensi mencetak pertumbuhan TPV dan take rate yang lebih tinggi," kata Farras, dikutip Minggu (22/5/2022).
Dia melanjutkan, Bukalapak telah mulai perlahan mengubah bisnis modelnya menjadi storefront model. Hal ini terbukti membuahkan hasil dari peningkatan take rate menjadi 2,31 persen di kuartal I/2022 dan pertumbuhan TPV 25 persen secara tahunan atau year-on-year (YOY).
Menurutnya, peningkatan take rate dan TPV ini didorong oleh beberapa inisiatif BUKA melalui Itemku yang menumbuhkan TPV sebesar 112 persen dan memiliki take rate yang relatif lebih besar dibandingkan marketplace.
Farras meyakini hal tersebut apabila sukses diimplementasikan dapat mendorong perkiraan TPV 2022 menjadi Rp175 triliun, dengan overall take rate sebesar 1,7 persen dengan Mitra sebagai kontributor utama sebesar 65 persen dari total TPV.
"Kami melihat BUKA berpotensi meraih pendapatan sebesar Rp2,9 triliun di 2022 dan EBITDA sebesar minus Rp1,4 triliun," tuturnya.
Adapun Samuel Sekuritas merekomendasikan beli untuk saham BUKA dengan target harga atau target price (TP) di Rp370. Adapun risiko utama dari investasi di saham BUKA adalah penurunan take TPV dan take rate.