Bisnis.com, JAKARTA – Saham dan obligasi Indonesia pada hari ini, Senin (09/5/2022) mengalami tekanan jual paling tajam dalam beberapa tahun terakhir.
Berdasarkan data Bloomberg, hingga 13.56 WIB, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah terperosok 4,32 persen atau 313,85 poin ke 6.916. IHSG sempat terjun 4,6 persen atau penurunan paling tajam sejak September 2020.
Pelemahan IHSG mengirimkan imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia ke level tertinggi dalam hampir dua tahun. Rupiah turun 0,3 persen ke level terlemahnya dalam lebih dari sembilan bulan, membuat bank sentral waspada.
Data dari World Government Bonds pada Senin (9/5/2022) mencatat, tingkat imbal hasil SUN Indonesia telah menembus level 7,22 persen. Selama sepekan terakhir, yield SUN Indonesia telah melemah sebesar 22,9 basis poin.
Sebelumnya ketika pasar Indonesia ditutup untuk liburan Idul Fitri, pasar saham dan obligasi global telah tergelincir di seluruh Asia setelah kenaikan suku bunga Federal Reserve.
Adapun Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I/2022 mencapai 5,01 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Baca Juga
Kepala BPS Margo Yuwono menyampaikan pendorong utama pertumbuhan ekonomi pada periode tersebut yaitu sektor industri pengolahan, perdagangan, transportasi & pergudangan, dan konstruksi.
“Mesin-mesin pertumbuhan di kuartal I/2022 ini sudah mulai menunjukkan perannya dalam pertumbuhan ekonomi nasional, sudah mulai kembali pada masa sebelum terjadinya krisis Covid-19,” katanya dalam konferensi pers, Senin (9/5/2022).
Sektor industri pengolahan, sebagai penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi kuartal I/2022 tercatat tumbuh 5,07 persen yoy, dengan share mencapai 19,19 persen dari seluruh lapangan usaha.