Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pengembang properti Grup Sinar Mas, PT Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE) mencatatkan penurunan laba bersih pada kuartal I/2022. Di saat yang sama, perseroan sebenarnya masih mampu mencetak pertumbuhan pendapatan .
Berdasarkan laporan keuangan per 30 Maret 2022, laba bersih BSDE amblas 42,01 persen year on year (yoy) per 30 Maret 2022. Tepatnya dari Rp599,95 miliar menjadi Rp347,9 miliar.
Di sisi lain, perseroan membukukan pendapatan Rp2,02 triliun. Realisasi tersebut tumbuh 21,68 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yakni Rp1,66 triliun.
Berdasarkan kontributor pendapatan, lini bisnis penjualan properti masih menjadi penyumbang terbesar. Penjualan tanah dan bangunan naik 15,62 persen secara tahunan menjadi Rp1,38 triliun dari sebelumnya Rp1,28 triliun. Sedangkan penjualan tanah dan bangunan strata title naik lebih tinggi lagi sebesar 260,23 persen menjadi Rp240,42 miliar dari sebelumnya Rp66,74 miliar.
Sementara itu, hampir seluruh pendapatan dari bisnis lainnya juga terpantau tumbuh. Pendapatan sewa turun naik dari Rp173,14 miliar menjadi Rp180,64 miliar. Pendapatan sektor konstruksi naik menjadi Rp127,87 miliar dari sebelumnya Rp67,11 miliar.
Selanjutnya, pendapatan dari arena rekreasi naik dari Rp1,59 miliar menjadi Ro3,53 miliar. Kemudian, penerimaan dari pengelola gedung naik menjadi Rp82,34 miliar dari Rp68,74 miliar.
Baca Juga : CTRA & PWON Jadi Top Picks JP Morgan |
---|
Pendapatan lain-lain juga terpantau naik dari sebelumnya Rp6,48 miliar menjadi Rp7,3 miliar pada kuartal I/2022.
Hanya saja, dampak kenaikan pendapatan dari berbagai segmen tersebut urung merembet ke rapor bottom line lantaran beban-beban perseroan juga membengkak. Termasuk beban pokok penjualan, yang terpantau naik menjadi Rp767,38 miliar pada kuartal I/2022. Hal ini membuat laba usaha BSDE juga menurun dari Rp746,07 miliar pada kuartal I/2021 menjadi Rp630,46 miliar.
Hingga memasuki libur lebaran 2022, saham BSDE sendiri masih ditransaksikan investor seharga Rp965 per saham. Posisi ini menggambarkan tren pelemahan 4,45 persen dari banderol Rp1.010 per saham di awal tahun.