Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

80 Emiten China Berpotensi Diusir dari Wall Street, JD.com hingga China Petroleum

Regulator AS pada Rabu (4/5/2022) menempatkan beberapa perusahaan pada jajaran sementara entitas China yang terdaftar di AS yang menghadapi delisting berdasarkan undang-undang tahun 2020.
Seorang pelaku pasar tengah memantau pergerakan harga saham di bursa New York Stock Exchange (NYSE), New York, Amerika Serikat./Bloomberg
Seorang pelaku pasar tengah memantau pergerakan harga saham di bursa New York Stock Exchange (NYSE), New York, Amerika Serikat./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (SEC) menambahkan lebih dari 80 perusahaan ke daftar potensi penghapusan saham atau delisting emiten asal China. Perusahaan tersebut termasuk JD.com Inc., Pinduoduo Inc., dan Bilibili Inc.

Mengutip Bloomberg, Kamis (5/5/2022), emiten yang terkena potensi pengusiran dari bursa AS ini merupakan dampak dari penolakan Beijing untuk mengizinkan regulator AS mengakses laporan keuangan audit.

Regulator AS pada Rabu (4/5/2022) menempatkan perusahaan pada jajaran sementara entitas China yang terdaftar di AS yang menghadapi delisting berdasarkan undang-undang tahun 2020.

Beberapa perusahaan China terbesar yang diperdagangkan di bursa AS, termasuk China Petroleum & Chemical Corp., JinkoSolar Holding Co., NetEase Inc., dan NIO Inc. juga ditambahkan.

Pengawas utama Wall Street telah lama diperkirakan akan menindak sekitar 200 perusahaan yang diperdagangkan di New York dengan perusahaan induk yang berbasis di China dan Hong Kong karena yurisdiksi menolak untuk mengizinkan inspeksi oleh pejabat Amerika.

Publikasi perusahaan SEC selama beberapa minggu terakhir telah mengejutkan investor yang mengharapkan kesepakatan antara regulator di Beijing dan Washington.

Investor Wall Street sebagian besar mengabaikan putaran terbaru penambahan daftar delisting lantaran pasar secara keseluruhan rally. Sahamn Bilibili naik sebanyak 7,1 persen di Hong Kong, sementara JD.com naik sebanyak 4,1 persen.

“Penambahan nama-nama ini ke daftar SEC adalah harapan dan bagian dari proses yang diumumkan sebelumnya. Dengan begitu banyak nama dalam daftar, pasar seharusnya tidak lagi melihatnya sebagai peristiwa material,” kata Vey-sern Ling, analis senior di Union Bancaire Privee.

Pihak berwenang China sedang bersiap untuk memberi regulator AS akses penuh ke laporan audit dari sebagian besar perusahaan yang terdaftar di New York setelah pertengahan tahun ini, kata sumber Bloomberg yang mengetahui proses tersebut.

Langkah itu akan menandai konsesi langka untuk mencegah pemisahan lebih lanjut antara dua ekonomi terbesar dunia.

AS dan China telah berselisih selama dua dekade atas mandat bahwa semua perusahaan yang berdagang secara publik di Amerika memberikan akses ke laporan keuangan audit. Sejak Kongres mengesahkan undang-undang pada tahun 2020, Dewan Pengawas Akuntansi Perusahaan Publik, yang mengawasi auditor, dan SEC telah meletakkan dasar untuk mengidentifikasi perusahaan yang tidak patuh.

Perusahaan menghadapi pengusiran jika mereka mengabaikan persyaratan selama tiga tahun berturut-turut, yang berarti mereka dapat dikeluarkan dari Bursa Efek New York dan Nasdaq segera setelah 2024.

Kritikus mengatakan perusahaan China menikmati hak istimewa perdagangan ekonomi pasar, termasuk akses ke bursa saham AS, sambil menerima dukungan pemerintah dan beroperasi dalam sistem yang tidak jelas. Tetapi regulator di Beijing berpendapat bahwa undang-undang keamanan nasional China melarang mereka menyerahkan dokumen audit kepada regulator AS.

Pada Kamis, manajemen JD.com mengatakan akan memeriksa opsinya tetapi mencoba untuk tetap terdaftar di AS.

"JD.com telah secara aktif mengeksplorasi kemungkinan solusi. Perusahaan akan terus mematuhi undang-undang dan peraturan yang berlaku di China dan Amerika Serikat, dan berusaha untuk mempertahankan status pencatatannya di Nasdaq dan Bursa Efek Hong Kong,” kata manajemen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper