Bisnis.com, JAKARTA — PT Unilever Indonesia Tbk. mencatatkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih pada kuartal I/2022.
Presiden Direktur Unilever Indonesia Ira Noviarti mengatakan pertumbuhan di kuartal I/2022 ini didorong oleh upaya perusahaan dalam membangun fundamental kuat untuk pertumbuhan dan keberhasilan jangka panjang yang ditempuh secara konsisten sejak pertengahan 2021.
Hal ini turut didukung oleh pulihnya perekonomian Indonesia dan kembalinya mobilitas masyarakat yang mendorong peningkatan daya beli konsumen.
“Ini adalah awal yang kuat untuk tahun 2022 yang kami harap akan terus membaik bagi Unilever Indonesia. Penting bagi perusahaan sebesar kami untuk memiliki fundamental yang solid agar pertumbuhan yang kembali ini terus berjalan,” kata Ira dalam keterangan resmi, Kamis (28/4/2022).
Penjualan bersih perusahaan berkode UNVR tersebut mencapai Rp10,8 triliun, 5,40 persen lebih tinggi dibandingkan dengan capaian pada kuartal I/2021 sebesar Rp10,28 triliun.
Penjualan domestik yang menyumbang 95,9 persen dari total penjualan tercatat naik 5,8 persen YoY menjadi Rp10,39 triliun, dari Rp9,82 triliun. Sementara itu, penjualan ekspor turun 3,87 persen YoY dari Rp458,05 miliar pada kuartal I/2021 menjadi Rp440,31 miliar.
Baca Juga
Seiring dengan kenaikan penjualan, harga pokok penjualan Unilever turut terkerek naik dari Rp4,88 triliun pada kuartal I/2021 menjadi Rp5,56 triliun pada kuartal I/2022. Perusahaan tercatat berhasil menekan beban pemasaran dan penjualan dari Rp2,17 triliun pada kuartal I/2021 menjadi Rp1,98 triliun pada kuartal I/2022.
Kinerja tersebut membuat laba bersih Unilever naik 19,02 persen YoY menjadi Rp2,02 triliun pada kuartal I/2022 dari Rp1,69 triliun pada periode yang sama di tahun sebelumnya.
Ira menjelaskan bahwa tim Unilever Indonesia menekankan pentingnya menguatkan fundamental bisnis yang berfokus pada tiga pilar yaitu memperkuat pondasi di distributive trade; membangun kekuatan di kanal modern trade dan e-commerce, dan meningkatkan investasi serta kekuatan di kategori dan merek-merek kunci.
Dia mengatakan fundamental-fundamental yang menguat menjadi kunci pertumbuhan Unilever Indonesia pada periode ini. Distributive trade perseroan mencatatkan pertumbuhan dua digit, sementara kanal e-commerce menggandakan kinerja dengan pertumbuhan sebesar 100 persen.
Adapun empat divisi yang berhasil mendorong pertumbuhan perseroan adalah divisi food, beverage, personal care, dan Unilever Foods Solution (UFS).
Merek Royco, Bango dan Buavita menjadi penopang utama pertumbuhan divisi food and beverage. Demikian juga halnya dengan divisi personal care atau perawatan tubuh yang membukukan pertumbuhan penjualan didorong oleh kinerja yang kuat dari kategori oral care dan deodorant.
“Hasil yang membanggakan juga ditunjukkan oleh UFS yang tumbuh sebesar 25 persen. Kinerja ini berhasil membawa UFS pada posisi yang lebih baik dibandingkan dengan sebelum pandemi,” katanya.
HARGA KOMODITAS
Direktur Customer Operation PT Unilever Indonesia Tbk. Enny Hartati Sampurno menyebutkan kenaikan harga komoditas setidaknya berpengaruh 15 sampai 20 persen pada komponen biaya produksi maupun operasional. Namun, dia memastikan perusahaan tak meneruskan kenaikan harga tersebut ke konsumen.
"Sekitar 15 sampai 20 persen komponen cost kita terpengaruh dari pergerakan harga tersebut. Tentu saja kami ada beberapa action plan. Jelas ada kenaikan harga, tetapi kami tidak pass on ke konsumen," kata Enny dalam konferensi pers secara virtual, Kamis (28/4/2022).
Alih-alih meneruskan kenaikan ke konsumen, Enny mengatakan Unilever memilih untuk gencar melakukan penghematan. Jika pada tahun-tahun sebelumnya Perseroan menetapkan target penghematan sebesar 4 sampai 5 persen dari pengeluaran, tahun ini target tersebut dinaikkan menjadi 7 sampai 9 persen.
"Kami juga gencar melakukan internal saving dari semua lini cost. Target saving dinaikkan cukup tinggi menjadi 7—9 persen dari total cost dari sebelumnya 4—5 persen dari pengeluaran karena ini untuk memitigasi harga komoditas," lanjutnya.
Selain itu, Unilever juga menempuh opsi pengaturan bahan baku (material setting). Hal ini bertujuan untuk efisiensi produksi dan membuka opsi pemakaian bahan baku alternatif.