Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Beralih ke Dolar AS, Bitcoin Kembali Melesu

Harga Bitcoin melanjutkan koreksinya seiring dengan outlook hawkish The Fed yang membuat investor enggan masuk ke aset-aset berisiko.
Karyawan menunjukan dolar AS di Jakarta, Rabu (25/11/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menunjukan dolar AS di Jakarta, Rabu (25/11/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Harga Bitcoin melanjutkan koreksinya seiring dengan outlook hawkish The Fed yang membuat investor enggan masuk ke aset-aset berisiko.

Dilansir dari Bloomberg pada Senin (25/4/2022), harga Bitcoin sempat anjlok hingga 3,2 persen ke level US$38.236, atau terendah sejak 15 Maret 2022. Harga aset kripto terbesar di dunia ini telah anjlok sekitar 20 persen dari level tertingginya bulan lalu.

Meski cenderung terkoreksi, harga Bitcoin masih berada di level yang sama sejak awal tahun, yakni pada kisaran US$35.000 hingga US$45.000. Pergerakan harga aset digital ini berbanding lurus dengan indeks Nasdaq-100 yang mayoritas anggotanya adalah saham-saham teknologi.

Sejumlah analis teknikal menyebutkan koreksi ini masih akan berlanjut bila dilihat dari tren harga saat ini. Founder dan Managing Partner Fairlead Strategies Katie Stockton mengatakan, Bitcoin telah terkoreksi dibawah level support mingguannya, dengan level support sekunder pada kisaran US$27.200.

Sementara itu, Technical Strategist Fundstrat, Mark Newton, dalam laporannya mengatakan harga Bitcoin terlihat akan menembus level tren dua bulan. Hal ini akan memicu Bitcoin kembali menguji level terendah pada Januari lalu.

“Kami memprediksi adanya initial pullback ke kisaran US$36.300. Jika menembus harga tersebut, maka Bitcoin akan kembali menguji level US$32.950,” jelasnya dikutip dari Bloomberg.

Sementara itu, Tim Analis dari Nydig memaparkan, seiring dengan penguatan harga mata uang, investor kemungkinan akan beralih dari memegang Bitcoin atau emas ke dolar AS.

“Seperti korelasi negatif antara Bitcoin dengan dolar AS, korelasi negatif antara Bitcoin dengan suku bunga riil baru muncul dalam beberapa tahun terakhir,” demikian kutipan laporan tersebut.

Laporan tersebut menambahkan, Bitcoin akan ditopang oleh faktor-faktor fundamental, seperti pertumbuhan pengguna dan jaringan. Namun, pasar juga perlu memperhatikan perubahan dinamika hubungan secara makro.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper