Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AEI Prediksi IPO 2022 Bakal Semarak, tapi Ini Tantangannya!

Di tengah kondisi geopolitik yang kurang mendukung, aktivitas penggalangan dana melalui IPO di pasar Indonesia masih menunjukkan tren kenaikan.
Pengunjung melihat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (3/8/2020). Pada penutupan perdagangan awal pekan, IHSG ditutup melemah 2,78 persen atau 143,4 poin ke level 5.006,22. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung melihat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (3/8/2020). Pada penutupan perdagangan awal pekan, IHSG ditutup melemah 2,78 persen atau 143,4 poin ke level 5.006,22. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Penggalangan dana di pasar modal terutama melalui penawaran umum perdana (IPO) saham masih bakal bertumbuh di tengah tekanan geopolitik global.

Di tengah kondisi geopolitik yang kurang mendukung, aktivitas penggalangan dana melalui IPO di pasar Indonesia masih menunjukkan tren kenaikan.

Direktur Eksekutif Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) Samsul Hidayat menjelaskan IPO masih menjadi pilihan yang menarik bagi perusahaan mencari dana.

"Dengan kondisi seperti saat ini, perusahaan harus sangat berhati-hati dalam menambah beban perusahaan apabila harus mencari dana dengan beban bunga yang besar," katanya kepada Bisnis, Kamis (21/4/2022).

Menurutnya, faktor pendorong IPO datang dari semakin besarnya pasar modal Indonesia saat ini sehingga mempunyai kapasitas menyerap penerbitan saham-saham baru.

Selain itu, banyaknya benefit yang dapat diperoleh oleh perusahaan dengan IPO, baik dari sisi efisiensi maupun dari sisi administrasi, supervisi dan tata kelola.

"Prospeknya masih akan terus bertumbuh, seiring dengan semakin normalnya kegiatan perekonomian, pasca pandemi dan mulai terkontrolnya beberapa ketidakpastian global," tambahnya.

Secara tahunan, realisasi IPO hingga 1 April 2022 mencapai 14 emiten baru dengan penggalangan dana Rp16,93 triliun dengan catatan penggalangan dana terbesar dari GOTO.

Apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2021, realisasi tersebut lebih tinggi karena pada periode itu hanya dilakukan 12 emiten dengan dana terkumpul Rp2,13 triliun.

Lebih lanjut, Anggota Dewan Kehormatan Asosiasi Emiten Indonesia Theo Lekatompessy mengungkapkan saat ini sulit memprediksi kondisi pasar dalam waktu lebih dari tiga bulan. Alasannya, eskalasi geopolitik ke perang Rusia-Ukraina bakal mengubah peta pasar.

"Saat ini sangat susah memprediksi kondisi pasar bila lebih dari 3 bulan ke depan. Katakan saja bila bulan depan ada eskalasi perang dunia ke-3, maka semua bisa berubah," paparnya saat dihubungi.

Kendati demikian, penggalangan dana melalui IPO menurutnya masih bakal naik terutama perusahaan strategis dan yang dibeli pemiliknya sendiri dengan supervisi investor dari luar negeri. Selain itu, dapat pula IPO dilakukan dengan skema fronting via pihak ketiga dapat semakin marak.

"Alasannya, pemain pasar menghindari tahun 2023 yang akan marak persiapan pilpres, yang mana risiko politik dan ekonomi Indonesia akan naik," tuturnya.

Sementara itu, penggalangan melalui right issue masih akan ada, bukan hanya perusahaan yang membutuhkan dana investasi, tetapi sebagian pula terdapat perusahaan yang tengah mengalami krisis sehingga memerlukan partner yang menyelamatkan perusahaan tersebut. Masuknya investor baru ini tentu melalui rights issue maupun private placement.

Adapun, menurutnya, penggalangan obligasi korporasi tetap bakal terjadi walau terbatas karena semua memiliki kekhawatiran dengan adanya perang di Ukraina, harga komoditas terutama minyak yang terus naik, inflasi yang naik.

Berbagai kondisi ini dapat menghasilkan efek domino negatif seperti obligasi pemerintah sepi peminat, pelemahan rupiah. Di sisi lain, likuiditas juga akan kembali ke Amerika Serikat (AS) seiring dengan rencana tapering The Fed.

"Semua perusahaan berkejaran dengan waktu terutama untuk yang memiliki rating A ke atas seperto BUMN, tambang, kebun, konsumer, logistik, dan maritim akan kejar tayang obligasi korporasi," tambahnya.

Theo lebih mengkhawatirkan kondisi pasar pada kuartal III/2022 dan kuartal IV/2022, pasca Hari Raya dan subsidi habis. Kemudian, pada 2023 saat penunjukan pelaksana tugas kepala daerah dan kampanye Pilpres 2024.

"Ini yang menjadi tantangan tim BEI dan OJK yang baru, mengendalikan bursa melalui periode yang penuh tekanan makro dan global," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper