Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Ditutup Variatif, Saham Netflix Tekan Indeks Nasdaq

Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup menguat 0,71 persen ke level 35.160,79, sedangkan indeks S&P 500 ditutup melemah tipis 0,06 persen ke 4.459,45 dan Nasdaq Composite tergelincir 1,22 persen ke level 13.453,07.
Seorang pelaku pasar tengah memantau pergerakan harga saham di bursa New York Stock Exchange (NYSE), New York, Amerika Serikat./Bloomberg
Seorang pelaku pasar tengah memantau pergerakan harga saham di bursa New York Stock Exchange (NYSE), New York, Amerika Serikat./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Sebagian besar bursa saham Amerika Serikat ditutup melemah pada perdagangan Rabu (20/4/2022), di tengah fokus investor terhadap laporan keuangan emiten.

Dilansir Bloomberg, indeks Dow Jones Industrial Average ditutup menguat 0,71 persen ke level 35.160,79, sedangkan indeks S&P 500 ditutup melemah tipis 0,06 persen ke 4.459,45 dan Nasdaq Composite tergelincir 1,22 persen ke level 13.453,07.

Indeks Nasdaq anjlok, tertekan saham Netflix Inc. yang merosot 35,12 persen ke US$226,19 setelah melaporkan penurunan pelanggan pertamanya dalam lebih dari satu dekade terakhir. Saham Netflix membebani perusahaan streaming dan media lainnya seperti Walt Disney Co., Warner Bros. Discovery Inc. dan Paramount Global.

Sementara itu, saham Tesla Inc. menguat 5,22 persen dalam perdagangan after hours setelah merilis laporan keuangan yang melampaui estimasi analis. Sementara itu, United Airlines Holdings Inc. juga menguat setelah merilis laporan keugangan, dengan mengatakan pihaknya memperkirakan akan berbalik laba tahun ini.

Imbal hasil obligasi Treasury AS tenor 10 tahun turun 10 basis poin setelah sejumlah manajer investasi mengatakan inflasi mendekati puncaknya dan taruhan kenaikan suku bunga berlebihan.

Analis pasar senior City Index Fiona Cincotta mengatakan pasar cenderung fokus pada gagasan bahwa inflasi diperkirakan akan mencapai puncaknya pada kuartal ini dan itu berarti bahwa ini akan menjadi seburuk yang akan terjadi.

"Jadi ekspektasi pada kenaikan suku bunga yang sangat agresif dari The Fed mungkin sedikit berlebihan di sini," ungkap Cincotta, dilansir Bloomberg, Kamis (21/4/2022).

Imbal hasil riil 10-tahun AS berubah positif untuk pertama kalinya sejak Maret 2020, menandakan potensi kembalinya kondisi normal pra-pandemi. Tapi hal itu segera diikuti oleh penurunan imbal hasil obligasi global karena investor menilai tantangan pertumbuhan dari perang Ukraina dan potensi puncak inflasi.

Pedagang suku bunga jangka pendek mendorong peluang tersirat pasar bahwa Federal Reserve akan menaikkan suku bunga 50 basis poin pada Mei dan Juni.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper