Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Laba Erajaya (ERAA) Tembus Rp 1 Triliun, Analis Rekomendasikan Buy

Ciptadana Sekuritas Asia mempertahankan peringkat buy terhadap saham Erajaya (ERAA) dengan target harga yang sedikit lebih tinggi pada 2022.
Karyawan beraktivitas di salah satu gerai Erafone milik PT Erajaya Swasembada Tbk. (ERAA) di Jakarta, Rabu (5/1/2021). Bisnis/Suselo Jati
Karyawan beraktivitas di salah satu gerai Erafone milik PT Erajaya Swasembada Tbk. (ERAA) di Jakarta, Rabu (5/1/2021). Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten ritel PT Erajaya Swasembada Tbk. (ERAA) mengantongi laba bersih Rp1,01 triliun pada 2021. Nilai ini meningkat 65,41 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dibandingkan dengan laba bersih pada 2020 sebesar Rp612,0 miliar.

Melesatnya laba bersih ERAA tidak lepas dari meningkatnya pendapatan perusahaan sepanjang 2021. Penjualan produk elektronik menjadi kontributor terbesar pada kinerja top line ERAA.

Berdasarkan laporan keuangan, penjualan neto Erajaya naik 27,41 persen YoY dari Rp34,11 triliun pada 2020 menjadi Rp43,46 triliun pada 2021.

Penjualan segmen telepon seluler dan tablet yang merupakan kontributor terbesar tercatat tumbuh 31,96 persen YoY, dari Rp26,03 triliun menjadi Rp34,35 triliun. Kenaikan penjualan juga terlihat pada segmen komputer dan peralatan elektronik lainnya yang meningkat dari Rp1,55 triliun menjadi Rp1,93 triliun, sementara segmen aksesori dan lain-lain naik dari Rp2,52 triliun menjadi Rp3,68 triliun. Hanya segmen produk operator yang mengalami penurunan, dari Rp4,0 triliun pada 2020 menjadi Rp3,49 triliun.

Erajaya juga berhasil mengurangi total liabilitas sebesar 11,10 persen YoY dari Rp5,52 triliun pada 2020 menjadi Rp4,90 triliun pada 2021. Liabilitas jangka pendek tercatat turun signifikan dari Rp5,14 triliun menjadi Rp4,28 triliun.

Peningkatan kinerja ERAA sejalan dengan estimasi Ciptadana Sekuritas Asia. Analis Ciptadana Sekuritas Asia Robert Sebatian mengemukakan laba bersih Erajaya yang mencapai Rp1 triliun setara dengan 102 persen proyeksi. Kenaikan laba ini tak lepas dari pendapatan yang lebih tinggi dan kenaikan margin di berbagai lini bisnis perusahaan.

“Kami melihat performa pendapatan ERAA yang positif pada 2021 didorong oleh tingginya permintaan gawai, terutama untuk memenuhi kebutuhan konsumen saat pandemi Covid-19,” kata Robert.

Pada kuartal IV/2021, laba bersih ERAA mencapai Rp293 miliar, naik 82,5 persen dibandingkan dengan kuartal III/2021 atau secara kuartalan (quarter-on-quarter/QoQ). Kenaikan laba bersih tidak lepas dari meningkatnya pendapatan pada kuartal III/2021 yang mencapai Rp12,3 triliun atau naik 25 persen QoQ. Margin laba kotor (GPM) juga meningkat 600 basis poin menjadi 14,5 persen.

“Kenaikan ini tidak lepas dari dukungan penjualan iPhone 13 dan 13 pro yang memicu meningkatnya volume penjualan dan margin,” lanjutnya.

Untuk 2022, Robert memproyeksikan laba bersih ERAA bisa tumbuh 1,1 persen menjadi Rp1,1 triliun. Beragamnya produk yang ditawarkan ERAA ditambah dengan variasi produk premium yang lebih banyak diperkirakan mendorong GPM 2022 di angka 11,1 persen atau setara Rp5,3 triliun. Sementara itu, margin laba usaha diproyeksi naik menjadi 3,5 persen.

"Kami mempertahankan peringkat buy terhadap ERAA dengan target harga yang sedikit lebih tinggi pada 2022 ini Rp990 per saham dari sebelumnya Rp980 dengan menggunakan PER multiple 13,7 kali,” katanya.

Sementara itu, Henan Putihrai Sekuritas juga mempertahankan peringkat buy untuk saham ERAA, tetapi dengan target harga lebih rendah di Rp700 akibat pembaruan pemeringkatan.

Selain karena performa laba yang lebih baik pada 2021, Analis Henan Putihrai Sekuritas Robertus Hardy dan Steven Gunawan mengatakan peringkat buy yang masih disematkan untuk ERAA tidak lepas dari kinerja penjualan aksesori yang naik 59,5 persen QoQ, dari hanya 11,1 persen QoQ pada kuartal III/2021.

Pertumbuhan segmen aksesori pada kuartal IV/2021 tercatat lebih tinggi daripada kenaikan segmen ponsel yang hanya tumbuh 26 persen QoQ. Selain itu, segmen ini juga membukukan GPM sebesar 20 persen, sementara ponsel hanya 10 persen. Kontribusi segmen aksesori turut meningkat dari hanya 6,8 persen pada kuartal I/2021 menjadi 11,0 persen pada kuartal IV/2021 dari total pendapatan.

“Kami melihat Erajaya masih memiliki banyak ruang untuk tumbuh pada masa mendatang, menyusul kebijakan strategis perusahaan untuk masuk ke bisnis fesyen olahraga dan makanan, serta ritel elektronik konsumer melalui kemitraan yang dijalin,” kata Robertus dan Steven.

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper