Bisnis.com, JAKARTA – PT Pertamina Geothermal Energy membidik lima peluang bisnis dalam pemanfaatan panas bumi.
Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy Ahmad Yuniarto mengatakan terdapat lima peluang bisnis yang bisa tumbuh bersama panas bumi selain dari bisnis energi.
Lima peluang bisnis itu adalah hidrogen hijau, pengolahan CO2 dan bahan baku hijau, ekstraksi material nano, pertanian, dan pariwisata. “Di Eropa, pemanfaatan geothermal untuk banyak keperluan sudah sangat populer, misalnya untuk city heating,” kata Ahmad dalam keterangan resmi Jumat (8/4/2022).
Ahmad optimistia, Indonesia juga bisa melakukan hal yang sama. Pasalnya, saat ini PGE sudah memulai mengaplikasikan panas bumi untuk pertanian. Anak usaha BUMN itu, lanjutnya, memiliki 13 wilayah kerja panas bumi.
Enam di antaranya sudah beroperasi dan dikelola sendiri dengan kapasitas 672 MW. Enam wilayah kerja tersebut adalah Kamojang dan Karaha di Jawa Barat, Sibayak (Sumatera Utara), Lumut Balai (Sumsel), Ulubelu (Lampung), dan Lahendong (Sulawesi Utara).
PGE juga melihat potensi yang sangat besar di sektor kepariwisataan di Wilayah Kerja Lahendong di Tomohon. Perusahaan sedang merencanakan pembangunan obyek turisme dengan konsep taman geothermal, misalnya dengan memanfaatkan sumber air panas, tour, dan untuk pendidikan tentang panas bumi.
Baca Juga
Selain itu, pemanfaatan geothermal untuk hidrogen hijau merupakan peluang yang sangat menarik di masa depan. Di banyak negara, PLTP dipakai sebagai sumber listrik untuk memproduksi hidrogen melalui proses elektrolisis. Hidrogen itu dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Dua di antaranya adalah untuk sektor transportasi dan petrokimia.
“Kita baru di tahap awal, masih belajar bagaimana memanfaatkan hidrogen hijau untuk skala komersial.” Berbeda dengan sektor kelistrikan di mana PLN sudah siap membeli uap panas dari pengembang geothermal, di industri hidrogen pengembang harus membangun keseluruhan rantai nilai (value chains) untuk sampai ke konsumen akhir.
Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN II Kartiko Wirjoatmodjo menuturkan Kementerian BUMN tengah menyiapkan upaya meningkatkan bisnis dua entitas anak usaha BUMN melalui IPO.
Kedua entitas tersebut yakni anak usaha PLN dan Pertamina yakni PT Pertamina Geothermal Energy dan anak usaha PT Telkom Indonesia Tbk. (TLKM) yakni PT Sigma Tata Sadaya (STS).
"Guna melanjutkan komitmen BUMN terkait ESG, terdapat tiga kunci utama, yakni pertama, pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik, kedua, integrasi geothermal di bawah Pertamina dan PLN yang diharapkan dapat IPO segera," urainya Rabu (9/2/2022).
Kementerian BUMN menargetkan dapat melakukan penawaran umum perdana saham PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) pada semester I/2022. Dengan rincian jadwal Maret 2022 registrasi dan Juni 2022 sudah melantai di bursa.
Target dana yang ingin dicapai antara US$400--500 juta atau setara Rp5,72 triliun--Rp7,15 triliun (kurs Rp14.300).
Dana yang dikumpulkan akan dipakai untuk pengembangan energi baru terbarukan (EBT) dari geothermal dengan meningkatkan kapasitas dari 672 megawatt (MW) pada 2020 menjadi 1.128 MW selama 4 tahun ke depan.
Adapun, IPO data center Telkom bakal dilakukan paling cepat tahun depan dengan tujuan pengembangan lini bisnis platform digital Telkom.
"Digital platform yang kami ingin scale up, saat ini kami tengah mengintegrasikan data center di bawah Telkom dan diharapkan dapat dibawa IPO di tahun depan," kata Tiko.