Bisnis.com, JAKARTA – Emiten angkutan energi PT Mitrabahtera Segara Sejahtera Tbk. (MBSS) mencatat kinerja positif sepanjang 2021 dan berhasil berbalik laba dari rugi pada periode tahun sebelumnya.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan sampai dengan 31 Desember 2021, MBSS mencatatkan pendapatan sebesar US$73,40 juta, naik sekitar 25,25 persen dari tahun sebelumnya sebesar US$54,86 juta.
Pendapatan mayoritas berasal dari jasa angkutan laut berdasarkan muatan (freight) senilai US$66,84 juta. Sementara itu, sisanya dari jasa angkutan berdasarkan waktu (time charter) senilai US$6,55 juta.
Adapun, penyumbang pendapatan terbesar adalah dari PT Kideco Jaya Agung sebesar US$21.64 juta. Kideco sendiri merupakan perusahaan tambang batu bara yang masih menjadi anak usaha PT Indika Energy Tbk. (INDY).
Selanjutnya, beban usaha perusahaan mengalami kenaikan menjadi US$58,21 juta pada 2021 dari US$50,98 juta pada 2020. Hasilnya, MBSS berhasil mencetak laba kotor senilai US$15,21 juta pada 2021 dari tahun sebelumnya hanya senilai US$3,88 juta.
Adapun, laba bersih tercatat berbalik ke US$12,14 juta pada 2021, berbalik dari rugi pada tahun sebelumnya sebanyak US$14,97 juta.
Baca Juga
Sementara itu, total aset perusahaan mengalami penurunan dari US$194,85 juta pada 2020 menjadi US$177,63 juta pada 2021. Total liabilitas juga mengalami penurunan drastis ke US$8,53 juta pada 2021, dari tahun sebelumnya US$38,05 juta.
Sekretaris Perusahaan MBSS Emy Oktavia menjelaskan penurunan liabilitas perusahaan, pertama MBSS telah melakukan pembayaran pelunasan pinjaman bank selama setahun berjalan dengan total sebesar US$30 juta.
Kedua, pada Januari 2021 perusahaan telah mendapatkan fasilitas pinjaman senilai US$5 juta. Kemudian, MBSS juga sudah mencatat penurunan utang usaha dengan total senilai US$3,81 juta.
Adapun, ekuitas perusahaan naik dari US$156,80 juta pada 2020 menjadi US$169,10 juta pada 2021.
Pada Kamis (7/4/2022), harga saham ASRI tercatat bergerak naik 6 poin atau 3,53 persen ke posisi Rp176. Dalam 2022 berjalan, emiten dengan kapitalisasi pasar Rp3,44 triliun itu harga sahamnya berhasil naik 8,02 persen. Sementara itu, dalam setahun harga sahamnya masih melemah 28,86 persen.